GridHealth.id - Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan di Indonesia dan dunia. Penanggulangan TBC sangat penting dilakukan karena penyakit ini tidak hanya mengancam kesehatan individu, tetapi juga dapat menyebar luas di masyarakat jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan paling sering menyerang paru-paru. Gejala umum TBC meliputi batuk berkepanjangan (lebih dari dua minggu), batuk berdahak atau berdarah, demam, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan, dan kelelahan.
STOP TB Partnership Indonesia (STPI) bersama Medco Foundation dan PR konsorsium Pena Bulu STPI, serta didukung Kementerian Kesehatan RI, menyelenggarakan Press Conference dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 2025.
Kegiatan ini sebagai bentuk pernyataan sikap, lembaga-lembaga yang selama ini komitmen dalam penanggulangan TBC, menyikapi situasi yang kurang ideal di tahun 2025, seperti pembekuan dana USAID maupun efisiensi anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah RI.
Menanggapi hal tersebut, Dewan Pengurus Stop TB Partnership Indonesia, Muhammad Hanif S.E dalam sambutannya menegaskan pentingnya kegiatan ini karena diperlukan peran semua pihak perlu terlibat untuk penanggulangan TBC.
“Disini ada beberapa komunitas TBC. Mereka adalah ujung tombak dalam deteksi dini, pendampingan pengobatan, dan penguatan edukasi masyarakat. Dengan bekerja bersama, kita bisa mengubah narasi TBC dari tantangan menjadi kemenangan,” ujarnya.
dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA selaku Ketua Tim Kerja TBC Kemenkes RI menyampaikan bahwa penemuan kasus TBC dalam 2 tahun kebelakang lebih tepatnya pada masa COVID-19 terbengkalai sehingga estimasi kasus TBC di tahun ini meningkat hingga 1.090.000.
Meskipun demikian, namun penanggulangan TBC nasional memiliki Peraturan Presiden No.67 Tahun 2021 menegaskan bahwa semua pihak memiliki peran dalam penanggulangan TBC. Sehingga penemuan kasus di tahun 2024 sudah lebih baik.
“Pemerintah terus berkomitmen, sekarang TBC sudah menjadi isu prioritas dan sudah disampaikan juga oleh Presiden Prabowo di berbagai media, bahwa Indonesia komitmen dalam eliminasi TBC,” tutur Tiffany.
Namun tentu tantangan dalam eliminasi TBC masih ada di masyarakat seperti stigma dan akses layanan yang belum merata.
“Stigma dan hoax di masyarakat masih sangat banyak, seperti target pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk kontak erat jadi tantangan yang harus diberikan pada orang sehat tapi sudah terinfeksi. Sehingga capaiannya masih rendah,” tambah Tiara.
Baca Juga: Menuju Target Indonesia Eliminasi TBC Tahun 2030, Bagaimana Cara Mencapainya?
Pada kesempatan yang sama, disampaikan oleh dr. Henry Diatmo, MKM, Direktur Eksekutif STPI dalam Konferensi Pers Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, “Komunitas menjadi peran kunci di masyarakat karena mereka bersentuhan secara langsung dengan pasien maupun penyintas TBC.
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar