Find Us On Social Media :

Fakta Baru Gadis Asal Lampung yang Jadi Budak Seks Ayah, Kakak & Adik, Ternyata Dulu Sering Dikurung Oleh Ibunya!

Ilustrasi pemerkosaan

GridHEALTH.id - Sebuah fakta baru terungkap dari korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh ayah, kakak dan adiknya, yaitu gadis 18 tahun berinisial AG.

Gadis yang tinggal di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Lampung ini berulang kali diperkosa dalam kurun waktu 2 tahun belakangan ini sepeninggal ibunya.

Baca Juga : Ditinggal Ibu, Remaja di Lampung Dirundung Kakak 120 Kali, Adik 60 Kali, dan Ayah Berulang Kali

Sang ayah JM (44) diketahui berulang kali melakukannya pada gadis penyandang disabilitas ini.

Sedangkan kakaknya SA (23) serta adiknya YG (15) diketahui sudah melakukan aksi bejatnya itu masing-masing 120 dan 40 kali di rumah.

Mengutip Suar.ID dari Tribunlampung.co.id, kisah tragis AG ini terbongkar ketika seorang tetangga yang juga seorang anggota Lembaga Perlindungan Anak Berbasis Masyarakat Merah Putih, Tarseno, khawatir dengan perubahan kondisi gadis tersebut yang semakin hari semakin kurus.

Kepada psikolog AG menceritakan dirinya kerap mendapat perlakuan tak manusiawi dari keluarganya.

"Saat berada di psikolog, korban menceritakan bahwa hidupnya sangat tertekan," tutur Tarseno Jumat (22/2/2019).

"Dari situlah terungkap, apa yang telah dilakukan bapak, kakak, dan adiknya," lanjut Tarseno.

Baca Juga : Mengeluh Sakit Perut Teramat Sangat Selama Seminggu, Dokter Temukan Kerikil & Koin Seberat 2kg di Perut Pria Ini!

Kejadian tersebut mulai dialami AG semenjak 17 hari setelah tinggal bersama ayah dan kedua saudaranya.

"Kalau yang satu inginnya pagi ya pagi, kalau yang satu inginnya siang ya siang, itu setiap hari," kata Tarseno.

Cerita yang paling tragis, korban mengatakan dirinya bahkan pernah diperkosa hingga lima kali dalam satu hari.

"Bahkan dalam satu hari satu malam, bisa empat sampai dengan lima kali," tukas Tarseno.

Baca Juga : Mbak You Khawatirkan Kondisi Luna Maya Terkait Pernikahan Mantan, Ahli: 'Patah Hati Tingkatkan Risiko Jantung'!

Tak hanya itu, ternyata selama ini AG juga kerap tidak diberi makan oleh keluarganya. Padahal selama ini AG lah yang selalu diperintah untuk memasak.

"Korban belum tentu sehari makan sekali," ujar Tarseno.

Jauh sebelum tinggal bersama ayah dan kedua saudara kandungnya, AG ternyata sempat tinggal bersama sang ibu.

Sayangnya saat tinggal bersama ibu kandungnya, kisah AG tak jauh berbeda dengan yang dialaminya sekarang.

Belakangan diketahui AG juga mengalami tekanan ketika tinggal dengan ibunya dulu. AG mengaku bahwa dirinya kerap dikurung di kamar jika sang ibu pergi.

Baca Juga : Tidak Hanya Enak Dimakan, Manfaat Jagung Juga Untuk Wajah dan Rambut 

"Berdasar informasi, korban selama bersama ibunya dikurung di kamar ketika ibunya berangkat kerja, dan dibuka ketika ibunya pulang kerja," kata Tarseno, Jumat (22/2/2019), melansir Grid.ID.

Setelah ibunya meninggal, AG tinggal bersama neneknya namun sang ayah menjemput dan mengajaknya tinggal bersama, dari situlah hari-hari buruknya terjadi.

AG yang mengalami keterbelakangan mental tentu merasa sangat tertekan dengan kondisi keluarganya.

Baca Juga : 4 Pemain Cedera dalam Manchester United VS Liverpool, Ternyata Cedera Ini Kerap 'Hantui' Pemain Bola!

Setelah mendapat pendampingan dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Pringsewu, kondisi korban disebut mengalami trauma berat.

Sekretaris LPA Kabupaten Pringsewu Rizal Bahruln Mustofa mengatakan, selain memberikan pendampingan psikologis, pihaknya juga membawa korban untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan psikologis secara eksklusif.

"Melakukan koordinasi bersama lembaga pemerhati perempuan dan Pemerintah Daerah Pringsewu untuk pengupayaan masa depan korban dalam upaya rehabilitasi sosial," ujar Rizal, Minggu (24/2/2019), melansir Tribunlampung.co.id.

Tidak heran jika AG mengalami trauma berat akibat apa yang dialaminya selama ini.

Melansir Theguardian.com, empat dari lima korban pelecehan seksual atau pemerkosaan berisiko menderita kesehatan mental yang melumpuhkan mereka beberapa bulan setelah 'penyerangan' terhadap mereka.

Korban akan mengalami kecemasan, depresi, gangguan stres pasca-trauma dan kondisi serius lainnya empat hingga lima bulan setelah 'diserang'.

Baca Juga : Bau Badan yang Aneh dan Tajam Jadi Ciri Khas Penyakit , Coba Cek

Bahkan, para ahli mengatakan bahwa mereka yang menjadi korban pelecehan di masa kanak-kanak bisa menyebabkan masalah kesehatan mental yang dapat bertahan hingga dewasa atau seumur hidupnya.

Penelitian ini melibatkan 137 gadis berusia antara 13 dan 17 - usia rata-rata 15,6 tahun - yang diserang antara April 2013 dan April 2015.

Baca Juga : Curhatan Sutopo Kepala BNPB, Kenakan Spinal Brace Demi Tulang Belakang yang Bengkok Akibat Kanker Paru

Penelitian ini dilakukan oleh akademisi dari University College London (UCL) dan staf spesialis dari rumah sakit King's College NHS trust yang bekerja di tiga pusat rujukan penyerangan seksual di sekitar ibukota, tempat para korban dirawat.

Ketika para gadis diperiksa empat hingga lima bulan setelah diserang, 80% dari mereka memiliki setidaknya satu gangguan kesehatan mental. Lebih dari setengah (55%) memiliki setidaknya dua kelainan.

Tidak hanya kesehatan mental saja yang terancam, para korban juga mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami penyakit lain.

Studi tersebut menemukan sejumlah gadis (4%) hamil setelah diserang, 12% memiliki infeksi menular seksual dan 8% - satu dari 12 - telah menjadi sasaran serangan seksual lainnya.

"Temuan penelitian ini menekankan kerugian ganda pada wanita muda yang mengalami kekerasan seksual," kata penulis utama, Dr Sophie Khadr, dari pusat UCL Great Ormond Street Institute of Child Health and the Haven yang berpusat di rumah sakit King's College.

 

Baca Juga : Tak Hanya Sesak Napas, Bisa Jadi 4 Tanda Ini Menuju Sakit Paru-Paru

“Kerentanan sosial mereka menempatkan mereka pada risiko serangan yang lebih tinggi, dengan satu dari 12 melaporkan serangan lebih lanjut dalam waktu empat hingga lima bulan," sambungnya.

Menurutnya, karakteristik personal seperti riwayat melukai diri, bantuan kesehatan mental atau keterlibatan sosial dinyatakan sangat penting dalam mendiagnosis kesehatan mental korban pascapenyerangan. (*)