Untuk anak berusia di atas dua tahun pun, orangtua harus tetap berhati-hati memilih obat batuk pilek yang beredar di pasaran.
Tidak semua komposisi obat tersebut aman buat anak terutama, golongan obat dekongestan seperti pseudoefedrin, etilefedrin, atau fenilefrin.
Jika diberikan dengan dosis rendah mungkin efeknya tidak terlalu berbahaya. Namun jika dosisnya di atas yang dianjurkan, maka dapat berakibat fatal. Ada beberapa kasus fatal yang terjadi di Indonesia mengenai hal ini.
Baca Juga : Rahasia Sehat Dibalik Lobak Hitam yang Dapat Mengobati Flu dan Batuk
Memang, beberapa obat itu ada yang berefek cespleng alias membuaty si sakit tampak seperti sembuh dari sakitnya.
Padahal, obat tersebut tidak menyembuhkan. Tapi menakan batuk atau ingus/lendir yang diproduksi tubuh.
Asal tahu saja, batuk itu bukan penyakit, melainkan imunitas tubuh. Dia bekerja mengeluarkan bakteri atau virus atau lainnya yang masuk ke dalam tubuh.
Logikanya, saat batuknya di tekan, sehingga si sakit tidak batuk lagi, maka bakteri, virus yang masuk akan leluasa masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi si sakit.
Satu hal lagi, jika lendir di tekan, sehingga anak tidak pilek lagi, ada bahaya yang mengancam di balik itu. Lendir bukannya hilang tetapi tertekan dan menggumpal di saluran pernapasan.
Baca Juga : Bayi Cegukan dan Batuk, Hal ini yang Baiknya Orangtua Lakukan
Bahayanya, lendir itu dapat menjadi media pertumbuhan kuman yang kemudian masuk ke paru-paru dan menyebabkan infeksi paru. Sedangkan jika naik ke kuping bisa menyebabkan congekan.
Jadi, semua lendir yang merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap penyakit seharusnya dikeluarkan dengan cara-cara lain yang lebih tepat, bukan ditahan atau ditekan.