GridHEALTH.id - Saat sahur, kebiasaan memanaskan makanan sering dilakukan. Berbagai alasan, tapi paling sering karena tidak ada waktu untuk memasak lagi menjelang waktu sahur.
Berbicara mengenai makanan, biasanya setiap keluarga memiliki sisa makanan yang tidak habis dikonsumsi. Makanan yang tidak habis ini seringkali dipanaskan agar tidak basi.
Baca Juga: Dibalik Alasan Mengapa 5 Masakan Ini Tak Boleh Dipanaskan Kembali
Selain itu, pemanasan makanan juga dilakukan karena banyak orang menyukai mengonsumsi makanan yang hangat.
Sisa lauk atau makanan boleh saja dipanaskan, tetapi sebaiknya hanya satu kali saja. Sebab semakin sering makanan melalui proses pemanasan dan pendinginan, maka semakin tinggi risiko timbulnya racun pada makanan.
Proses pemanasan berulang-ulang mampu mengubah zat pada makanan menjadi karsinogenik yang dapat memicu timbulnya sel kanker.
Proses pendinginan juga akan membuat bakteri mudah berkembang biak dan dapat bertahan hidup ketika proses pemanasan makanan tidak dilakukan dengan tepat, terlebih jika pemanasan bahan seperti kacang-kacangan, daging, ikan, dan telur.
Jika dibiarkan lebih dari dua jam di udara terbuka, bahan makanan ini berisiko dikembangbiaki oleh bakteri sehingga mudah rusak dan berbahaya jika dikonsumsi.
Baca Juga: Vagina Terasa Gatal, Lakukan Segera Hal Berikut Untuk Mengatasinya
Apabila tidak langsung dimakan maka akan lebih aman apabila makanan disimpan di dalam kulkas untuk mencegah perkembangan bakteri (bakteri dapat berkembang biak pada suhu 4-60 derajat celsius).
Makanan ditempatkan pada kotak tertutup, lalu disimpan dalam kulkas dengan suhu di bawah 4 derajat celcius.
Ketika ingin memanaskan kembali, pastikan suhunya mencapai 74-80 derajat Celsius. Makanan yang dipanaskan lebih dari suhu tersebut dapat merusak kandungan gizinya.
Baca Juga: Waduh, Menurut Survei Murid Perempuan Indonesia Malas Mengganti Pembalut, Padahal Ini Risikonya!
Namun menurut dokter spesialis gizi klinis Diana Sunardi, tidak semua makanan yang dipanaskan nilai gizinya berkurang.
"Kalau sumber protein enggak masalah karena enggak rusak. Namun, kalau sayur, semakin dipanasin ya kandungan nilai gizi berkurang. Kalau mineralnya sih masih tapi vitamin dalam sayuran yang sedikit berkurang," kata Diana usai acara bersama Danone-Aqua di Jakarta.
Diana juga tidak terlalu mempermasalahkan sayuran yang dihangatkan untuk sahur. Yang penting, kata dia, masih ada kandungan serat dalam sayur yang dipanaskan.
"Agar asupan vitamin dalam tubuh tidak kurang, tinggal makan buah saja cukup," kata wanita yang sehari-hari beraktivitas di Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Baca Juga: Pernah Dijuluki Wanita Terberat Se Asia, Penampilan Rajani Kini Bikin Pangling
Jika ingin mendapatkan manfaat maksimal dari sayur yang kita santap, perlu memerhatikan cara memasak. Cara memasak terbaik untuk sayur adalah dengan menumisnya.
"Sayur itu yang paling baik kan ditumis, karena tidak direbus terlalu lama," saran Diana. (*)