Find Us On Social Media :

Solusi Program Imunisasi di Negara Kepulauan dan Pegunungan, Menggunakan Drone Untuk Distribusi Cepat dan Aman

Solisi distribusi vaksin di negara kepulauan dan pegunungan, seperti di Indonesia.

Manajemen rantai dingin (cold chain) menjadi salah satu tantangan terbesar yang berkaitan dengan indeks mutu vaksin, dimana vaksin harus disimpan dalam suhu tertentu selama beberapa waktu.

Mekanisme ini mensyaratkan pendistribusian vaksin dengan pola dan waktu yang rapi demi menjaga suhu dan kualitasnya.

Vaksin yang telah dibawa sampai ke tujuan harus disimpan dalam tempat penyimpanan khusus vaksin.

Setiap kabupaten memiliki tempat penyimpanan vaksin yang terletak di Puskesmas, dimana petugas layanan kesehatan perlu memastikan kualitasnya terus terjaga hingga vaksin tersebut disuntikkan ke anak.

Melansir bumn.go.id, pendistribusian vaksin dilakukan secara khusus.

Pengiriman vaksin menggunakan sistem cold chain untuk menjaga suhu vaksin. "Pengiriman vaksin mulai dari Bio Farma sampai konsumen akhir tetap terjaga," ujar Kepala Divisi Penjualan Dalam Negeri PT Bio Farma, Drajat Alamsyah saat ditemui di pabrik Bio Farma, Bandung, Jumat (15/7/2016).

Baca Juga: Sering Sembelit? Konsumsi 7 Makanan Pelancar Buang Air Besar Ini

“Untuk menjaga kestabilan suhu vaksin, saat menempuh perjalanan yang bisa memakan waktu selama 4-6 jam, vaccine carrier kami rendam ke dalam sungai yang dingin selama 5-10 menit. Ketika sampai di Puskesmas, kami menggunakan pelepah pisang untuk membungkus setiap botol vaksin dan menjaga suhunya selama pelayanan imunisasi berlangsung,” jelas Frans Karrai, SKM, Kepala Puskesmas Seko, Sulawesi Selatan, menceritakan pengalamannya saat mengirimkan vaksin ke daerah.

Tapi hal tersebut sebenarnya bisa di atasi dengan teknologi.

Baca Juga: Bayi 4 Bulan Diberi Makan Nasi Perutnya Membesar dan Bentuknya Mengerikan, Sangsi Bagi Orangtua Denda 100 juta Kurungan 1 Tahun

Distribusi vaksin yang didukung mekanisme transportasi yang cepat dan dapat mengantar pasokan vaksin secara real time sesuai kebutuhan di lapangan, sehingga mampu mengurangi jumlah sampah vaksin, adalah hal yang perlu dipikirkan bersama oleh para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan pihak swasta.

Belajar dari teknologi drone yang digunakan oleh Pemerintah Rwanda dan Ghana, teknologi revolusioner ini dapat mengatasi kesenjangan akses pelayanan kesehatan, khususnya dalam mengantarkan bantuan medis ke tempat yang sulit dijangkau.

Prof. Budu mengatakan bahwa teknologi ini memungkinkan pusat layanan kesehatan di darat untuk menerima bantuan hanya dalam 15-20 menit.

Baca Juga: Kesakitan Setelah Disunat, Anak Ini Minta Alat Kelaminnya Dikembalikan 

“Drone semacam ini dapat mengangkut 40 botol vaksin dalam sekali pengiriman. Kita juga dapat berharap pada frekuensi terbangnya, yaitu maksimal 30 drone dengan selang penerbangan setiap 30 detik.”

Bayangkan kalau hal ini dapat diadopsi oleh pemerintah kita, dengan mengambil momentum Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Daerah yang baru.

Saat ini Pemerintah sedang melakukan kajian independen terkait manfaat ekonomi, manfaat sosial dan keamanan nasional terkait rencana operasionalisasi drone ini.(*)

#gridhealthid #inspiringbetterhealth #gridnetworkjuara