Find Us On Social Media :

Baby-Led Weaning Cara Moms Milenial Memberi Makan Bayi Zaman Now

BLW tidak direkomendasikan oleh ahli dan dokter.

GridHEALTH.id - Bayi usia enam bulan sudah saatnya untuk menerima makan, alias tidak murni hanya mengandalkan ASI.

Walau demikian ASI tetap saja perlu diberikan, lo.

Nah, saat bayi sudah masuk usia makan, makanan pertamanya itu penting sekali.

Baca Juga: Mantan Personel Cherrybelle Ini Lakukan 2 Usaha Demi Dapatkan Momongan

Penting karena disinilah momentem anak akan menjadi bayi yang mudah makan atau sebaliknya.

Jika pengalaman makan pertamanya menyebalkan bagi bayi, bisa jadi ini akan menjadi cikal bakal dia susah makan.

Sebaliknya jika makan pertamanya ini menyenangkan, enak, menurut bayi, kemungkinan besar dikemudian hari dia akan tumbuh menjadi anak yang mudah makan.

Baca Juga: Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Perlu Hati-hati Karena Alasan Ini

Nah, mengenai makan pertama atau makan di usia enam bulan, ada sebuah cara atau trik yang populer di kalangan ibu milenial.

Cara atau teknik memberikan makan bayi di usia enam bulan ini dikenal dengan nama Baby-Led Weaning.

Asal tahu saja, metode Baby-Led Weaning diperkenalkan oleh Rapley dan Markett pada 2005, setelah buku mereka yang berjudul Baby Led Weaning: Essential Guide to Introducing Solid Foods and Helping your Baby to Grow Up a Happy and Confident Eater dipublikasikan.

Metode ini menyebar luas hingga akhirnya menjadi trend, setelah banyak dishare dan menjadi bahan perbincangan di sosial media.

Baca Juga : Heboh Pria Dengan Dua Alat Kelamin Bikin Geger, Ini Penjelasannya

Namun metode pemberian makan pada bayi dengan metode Baby-Led Weaning berbeda dengan metode MPASI dari World Health Organization (WHO).

Bahkan bisa dibilang metode Baby-Led Weaning bertolak belakang dari metode yang telah ada selama ini.

Untuk diketahui bersama, WHO menyarankan pemberian makanan MPASI dimulai paling lambat saat bayi berusia 6 bulan (timely).

Dengan memperhatikan kecukupan zat gizi pada MPASI (adequate), aman dan higienis dalam penyiapan dan pemberian (safe), dan diberikan secara responsif (responsive feeding).  

Sedangkan Baby Led Weaning membiarkan bayi memilih sendiri semua makanannya sejak awal pemberian MPASI.

Baca Juga : Tidur Mendengkur Jangan Anggap Biasa dan Wajar, Dampaknya Menyeramkan

Intinya metode Baby Led Weaning menyarankan bayi diberi finger food, yaitu makanan yang dapat dipegang oleh bayi sejak bayi berusia 6 bulan, tanpa melalui tahap pemberian makanan berkonsistensi lunak (bentuk puree atau lumat).

Dengan bahasalain, metode Baby Led Weaning orangtua menentukan apa yang ditawarkan untuk dimakan, tetapi bayi yang menentukan apa yang akan mereka pilih, berapa banyak, dan seberapa cepat apa menghabiskannya.

Mengenai metode ini, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A menulis artikel dengan judul Betulkah Baby-Led Weaning Lebih Baik? yang dipublikasikan oleh www.idai.or.id (7/11/2017).

Menurutnya sesungguhnya pemberian makan yang direkomendasikan WHO yaitu MPASI, memfasilitasi bayi untuk memilih sendiri makanannya.

Tetapi tidak untuk semua jenis makanan, dan umumnya tidak dilakukan sejak awal periode perkenalan MPASI.

Bahaya Baby-Lead Weaning

Masih menurut dr. Nurul, metode Baby-Lead Weaning masih diperdebatkan sebagai metode pemberian MPASI pertama.

Sebab menurut banyak ahli metode Baby-Lead Weaning berisiko membuat bayi mengalami kekurangan nutrisi, karena bayi yang menentukan jenis makanan yang dihabiskan dan berapa banyak.

Kenapa banyak ahli berpendapat seperti itu?

Tidak lain karena apa yang dipilih bayi kerap kali tidak dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro terutama zat besi.

Ada juga ahli yang tidak setuju dengan metode pemberian makan terbaru ini.

Alasannya, metode Baby-Lead Weaning berisiko membuat bayi tersedak.

Dua studi kecil oleh Cameron (2013) dan Morrison (2016), mengindikasikan adanya risiko tersedak lebih tinggi pada bayi yang mendapat Baby-Led Weaning.

Baca Juga : Manfaatkan Air Sebagai Alat Bantu Bercinta, Sekali Coba Ketagihan

Walaupun demikian, ada juga yang mengatakan mendorong bayi menerima berbagai macam tekstur dan rasa makanan, seperti yang dijalankan oleh metode Baby-Lead Weaning, manfaatnya akan lebih mudah menerima makan “sehat” seperti sayur-sayuran.

Malah ada juga pihak yang mempunyai pendapat, metode Baby-Lead Weaning berdampak pada kemampuan bayi mengatur rasa lapar dan mencegah obesitas.

Sayang tersebut tidak terbukti dan tidak ada bukti ilmiah yang kuat.

Malah, berdasarkan studi terbaru oleh Taylor (2017), ditemukan bayi yang menjalani metode Baby-Lead Weaning memiliki indeks massa tubuh sama dengan bayi yang diberi MPASI secara konvensional.

Studi BLISS (Baby-Led Introduction to SolidS, 2017) mencoba mengurangi risiko tersedak pada metode Baby-Lead Weaning dengan melakukan modifikasi.

Yaitu dengan tetap mengikuti aturan umum pemberian makan, seperti:

Baca Juga : Sex In The Water, Teknik Bercinta Mengasyikan dan Aman Menurut Medis

1. Memastikan faktor kesiapan dan keamanan bagi bayi:

* Posisi bayi harus sudah menegakkan dada, dan selama proses makan dapat mempertahankan posisi tersebut.

* Bayi harus didampingi orang dewasa saat makan.

* Memperkenalkan makanan yang cukup dapat digenggam oleh bayi (biasanya dalam bentuk finger food).

* Pastikan makanan cukup lembut sehingga mudah hancur di dalam mulut.

* Hindari makanan yang berisiko menyebabkan tersedak, yaitu makanan berbentuk koin, seperti kacang, popcorn, buah anggur, dan lainnya.

2. Perkenalkan berbagai macam makanan.

Baca Juga : Heboh Pria Dengan Dua Alat Kelamin Bikin Geger, Ini Penjelasannya

3. Ajak bayi makan bersama dengan anggota keluarga lain.

4. Hindari makanan cepat saji atau mengandung banyak gula dan garam.

Selain itu, studi BLISS juga memperingatkan, jika menjalankan metode Baby-Lead Weaning jangan berharap bayi dapat langsung menyukai makanan yang dicobanya.

Juga bayi dapat segera mengonsumsi makanan dengan menu seimbang. Atau berharap bayi langsung dapat menghabiskan makanannya dengan cepat dan tepat waktu.

Dari sini bisa kita lihat, metode Baby-Lead Weaning belum dapat dibuktikan sebagai metode pemberian MPASI yang aman dan lebih superior, dibandingkan metode pemberian MPASI yang dianjurkan WHO.

Jadi metode ini masih belum dianjurkan untuk diterapkan.(*)