Find Us On Social Media :

Jam Main Kita dan Anak Bukan di Gawai Tapi Di Luar, Sehat Didapat Anak Jadi Cerdas

Permainan tradisional oleh anak-anak di Desa Pasiragung, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, Jawa

Reward saraf sendiri merupakan kelompok struktur saraf yang berkaitan dengan perasaan senang, pembelajaran, dan motivasi.

Penelitian yang dipublikasikan di Addiction Biology melakukan pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) terhadap 78 remaja laki-laki yang berusia 10-19 tahun yang didiagnosis mengalami gangguan internet gaming, dan 73 peserta lainnya tanpa kondisi gangguan tersebut.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti membandingkan hubungan antara 25 area yang berbeda dari otak pecandu game dengan kontrolnya.

Baca Juga: Punya Masalah dengan Jerawat? Obati Saja dengan Madu, Bisa Hilang Seketika

Hasilnya, para peneliti menemukan adanya peningkatan koordinasi antara bagian kortek prefrontal dorsolateral dan temporoparietal junction di otak, yang diduga membatasi kontrol impuls seseorang.

Kondisi ini biasanya ditemukan pada pasien dengan skizofrenia, sindrom down, dan autisme, dan orang dengan kontrol impuls yang buruk.

Karenanya Badan Kesehatan Dunia (WHO) kini menggolongkan kecanduan main game sebagai gangguan mental.

Bahkan WHO telah menerbitkan buku panduan International Classification of Diseases (ICD-11) pada tahun 2018 lalu dengan memasukkan kecanduan main game sebagai salah satu kategori gangguan jiwa baru, disebut sebagai gaming disorder (GD).

Tanda dan gejala dari kecanduan game ini adalah Selalu menghabiskan waktu yang lama untuk bermain, bahkan durasinya makin meningkat dari hari ke hari.

Merasa mudah marah dan tersinggung saat dilarang atau diminta berhenti bermain game.

Ironisnya Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna gawai alias ponsel terbanyak.

Baca Juga: Usai Orangtua Meninggal, Berat Badan Wanita Ini Tak Terkendali hingga Tersangkut di Pintu Pesawat