GridHEALTH.id - Puncak demo yang terjadi sejak Senin (23/9) hingga Selasa (24/9) di berbagai daerah di Indonesia berujung bentrok antara mahasiswa dengan petugas keamanan.
Seperti banyak diwartakan, demo tersebut digelar karena menolak Randangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK).
Tak tanggung-tanggung, akibat semakin banyaknya pendemo, aparat polisi pun akhinya mengeluarkan gas air mata guna meredam massa yang ingin menerobos masuk gedung DPR.
Bahkan hingga kini dikabarkan bahwa masih terdapat banyak sisa-sisa gas air mata di sekitar wilayah demo.
Hal in ramai diberitakan di media sosial Twitter.
"Guys yang lewat Senayan, Palmerah, hati-hati ya. Sisaan gas air mata masih berasa. Di jalan yang naik motor sama yang jalan pada nangis wkwkwkwkwk perih banget sumpah aku ngerasain," tulis salah satu pemilik akun Twitter, pada Rabu (25/9).
Dapat dapat dipungkiri, adanya kandungan CS (chlorobenzylidenemalononitrile), CN (chloroacetophenone) dan semprotan merica dalam gas air mata dapat membuat mata perih bahkan gangguan pernapasan.
Bahkan sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam The Scientific World Journal menyebutkan bahwa sisa gas air mata yang masih aktif dapat memberikan efek jangka panjang yang cukup mengganggu kesehatan.
Mulai dari batuk kering, batuk berdahak, sesak napas, hingga paling parah yaitu bronkitis kronis.
Baca Juga: Diet Telur, Kunci Turunkan Berat Badan 5,5 Kg Dalam Seminggu
Penyakit ini juga termasuk penyakit menular yang dapat menyebar dari cairan hidung atau mulut orang yang terinfeksi.
Bronkitis kronis dapat berlangsung hingga 2 bulan, dan merupakan salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Oleh akibat itu, cara penanganan untuk menghindari penyebaran penyakit bronkitis akibat paparan gas air mata, sebaiknya selalu gunakan masker, bersihkan badan terutama tangan dan wajah, dan menghindari pemicu tersebut.
Akibat demo UU KPK dan RKUHP ini pun dinyatakan 88 orang terluka akibat kerusuhan di Senayan bahkan hingga dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamnia (RSPP) untuk mendapatkan perawatan intensif.
Berdasarkan penuturan Agus W Sesetyo, Head of Bussiness Management RSPP, seperti dilansir dari Kompas.com, terdapat 72 pasien datang dalam kondisi sadar dan tidak harus ada tindakan darurat, 14 orang harus dilakukan perawatan medis secepatnya, dan 2 orang lainnya harus mendapat penanganan cepat akibat luka di bagian kepala.
Jumlah tersebut berdasarkan data terakhir yang masuk RSPP pada pukul 00.00 WIB.
Kemungkinan hal ini diakibatkan dari kondisi fisik para pendemo yang mulai kelelahan hingga efek samping dari gas air mata. (*)