Find Us On Social Media :

Sempat Dipecat Gara-gara 'Cuci Otak', Bagaimanakah Dokter Terawan Mengatasi Penyakit Stroke Sebagai Menkes ?

Menteri Kesehatan, Terawan sebelum pelantikan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019).

GridHEALTH.id - Dokter Terawan telah resmi dilantik sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.

Ada banyak masalah kesehatan di Indonesia yang perlu diselesaikan dan yang menjadi fokus dokter Terawan sesuai visi Presiden adalah masalah stunting dan BPJS Kesehatan.

Namun, bagaimanakah dengan masalah penyakit stroke ?

Baca Juga: Menteri Kesehatan Dokter Terawan Diperintah Presiden Jokowi Segera Selesaikan Pekerjaan Rumah Ini, Apa Saja?

Diketahui jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya.

Saat ini penyakit stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dengan tingkat disabilitas yang tinggi mencapai 65%.

Hal itu diperparah dengan jumlah fasilitas kesehatan yang masih terbatas baik itu rumah sakit maupun tenaga ahli medisnya.

Diakui Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) dr Mursyid Bustami, untuk menagani penyakit Stroke di Indonesia dibutuhkan setidaknya 400 rumah sakit yang tersebar dibeberapa daerah untuk bisa memberikan pelayanan bagi masyarakat yang terserang stroke.

“Perlu 400 rumah sakit untuk menangani stroke dari geografinya yang gak mungkin di Jakarta saja, bagaimana di pelosok, jadi gak perlu ke RS Pusat Otak Nasional (RSPON) tapi tetap tertangani,” kata dr Mursyid saat ditemui di RS PON, Jakarta Timur, Jumat (25/10/2019).

Baca Juga: Studi: Penyakit Autoimun Multiple Sclerosis Ternyata Bisa Diprediksi Sebelumnya

Selain itu, tenaga ahli  medis spesialis syaraf untuk menangani stroke saat ini juga dinilai masih kurang merata karena kebanyakan berada di pusat-pusat kota saja.

“Di Indonesia dokter spesialis syaraf kurang lebih ada 1.750 dokter dan 300 lebih berada di Jakarta. Itu kan tidak merata seperlimanya di Jakarta, ini tantangan bagaimana 400 rumah sakit tadi harus diisi dokter spesialis syaraf,” kata dr Mursyid.

Baca Juga: Ketergantungan Narkoba Nunung Sakit Diabetes juga Depresi dan Gangguan Mental Sampai Harus Berobat Ke Singapura

Sebab penyakit stroke sangat berpacu dengan waktu dalam penanganan, rumah sakit harus menyiapkan dokter spesialis syaraf dan alat CT scan yang memadai untuk mempermudah diagnosis stroke.

Lantas, bagaimanakah dokter Terawan menyikapi masalah penyakit stroke tersebut ?

Diketahui, nama dokter Terawan sempat menuai kontroversi setelah dirinya menerapkan metode cuci otak untuk pengobatan penyakit stroke.

Metode cuci otak dr Terawan ini dilakukan menggunakan alat DSA (Digital Substraction Angioraphy), yakni alat untuk memperlihatkan gambar dari pembuluh darah.

Baca Juga: Baim Wong Khawatir Akan Kondisi Kesehatan Raffi Ahmad, Dokter : 'Bisa Kayak Olga'

Untuk melihat jelas pembuluh darah disertai dengan penyemprotan cairan kontras, supaya aliran darah di area kepala pasien bisa terlihat dengan baik, apakah ada sumbatan atau tidak.

Dalam metode terapi cuci otak dr Terawan, cairan heparin di masukan ke dalam pembuluh darah yang sudah terlihat setelah dimasukkan cairan kontras.

Baca Juga: Ini Dia Gejala-gejala Awal Bila Penyakit Autoimun Lupus Muncul

Cairan heparin tersebut dimasukan untuk membuka jalur di pembuluh darah otak yang tersumbat.

"Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau diringankan oleh terapi cuci otak itu," kata Terawan dikutip dari Kompas.com (24/10/2019).

Sayangnya, metode cuci otaknya itu membuat Majelis Kehormatan Etik Kedokteran memberi rekomendasi sanksi atas pelanggaran etik berat yang dilakukan dokter Terawan.

Saat itu, Terawan dianggap melanggar Pasal 4 dan Pasal 6 Kode Etik Kedokteran Indonesia sehingga ia diberhentikan sementara dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Baca Juga: Berita Kesehatan Popular: Tak Jadi Masuk Kabinet Jokowi Justru Istrinya yang Sakit hati, Susi Pudjiastuti Punya Resep Sembuhkan Penyakit Tanpa Obat Kimia

Pihak IDI pun angkat bicara terkait metode cuci otak dokter Terawan tersebut.

"Harus dibuktikan kembali bahwa dengan cara itu saja apakah bisa menggantikan terapi konservatif yang ada? Belum tentu, dia harus membuktikan," kata Ketua Umum PB IDI Prof dr Ilham Oetama Marsis, SpOG kepada wartawan, Senin (9/4/2018).

Baca Juga: Penyakit Autoimun Lupus Perlu Diwaspadai 5 Golongan Berisiko Ini, Siapa Saja?

Terlepas dari itu semua, semoga saja dengan resminya dokter Terawan dilantik sebagai Menteri Kesehatan, mampu membuat terobosan atau kebijakan baru yang dapat membantu mengatasi permasalahan penyakit stroke di Indonesia.(*)

#gridhealthid #inspiringbetterhealth