Find Us On Social Media :

Kerokan Menjadi Wisata Kebugaran Ala Menteri Kesehatan Terawan, Apa Manfaatnya ?

Dokter Terawan sebut kerokan punya prospek ekonomi dan budaya yang tinggi. Bagaimana dengan kesehatan ?

GridHEALTH.id - Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berencana mengembangkan wisata kesehatan.

Menurut Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dalam kesempatan tersebut ia akan memprioritaskan pengembangan wisata kebugaran dan jamu karena memiliki potensi menambah pemasukan negara.

"Kita punya industri kebugaran dan jamu yang hebat-hebat tapi nggak pernah kita munculkan. Contohnya mau tongkat ali, purwaceng, mau Mak Erot, di situ kita kemas dengan baik, wisatawan pasti datang," katanya.

Baca Juga: Baru Beberapa Hari Menjadi Menteri Kesehatan dr Terawan Kena Damprat Anggota DPR Ini Saat Raker Perdana, Gegaranya BPJS

Terawan juga mengatakan terapi pengobatan kerokan bisa dijadikan daya tarik wisatawan asing di sektor wisata kebugaran.

“Kalau yang lain menjual apa seperti terapi bekam dan kita jual kerokan,” ucap Menkes Terawan saat ditemui di acara peluncuran Konsep dan Peta Jalan Pengembangan Wisata Kesehatan, di Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019).

Menurutnya, kerokan memiliki keunikan tersendiri. Penerapan pengobatan tradisional tersebut pun relatif mudah.

Baca Juga: 'Apakah Saya Masuk dalam Kategori Ejakulasi Dini atau Impoten?', Ini Jawaban Dokter

Selain itu, Terawan menilai pengobatan kerokan dapat menghasilkan pemasukan yang banyak.

Ia menyebutkan, cukup dengan terapi selama 25 menit saja, pengunjung bisa langsung merasakan perubahan pada tubuhnya.

Dengan demikian, membuka jasa kerokan tentu dapat meningkatkan pemasukan.

Menkes Terawan pun meminta masyarakat untuk tidak menyepelekan kerokan.

Baca Juga: Disfungsi Ereksi Bukan Berarti Mandul, Ini Fakta Yang Harus Diketahui

"Jangan menyepelekan kerokan, kalau 100 kamar dengan timnya hanya 20 sampai 25 menit, begitu keluar minum jamu, sudah berapa kan (keuntungannya), tambah pijat lagi,” kata Terawan.

Menkes menyebut, hal-hal sederhana tersebut seringkali luput untuk dikembangkan.

“Jadi itu hal-hal yang kadang-kadang tidak kita kembangkan,” ujarnya.

Di Indonesia sendiri, kerokan memang telah menjadi terapi komplementer yang sering digunkan untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu.

Kerokan adalah salah satu terapi eksternal non-medis yang berfokus pada titik akupuntur.

Baca Juga: Membuat Paru-paru Selalu Sehat Sangat Mudah, Ini Caranya

Kerokan biasanya menggunakan koin atau benda dengan permukaan halus untuk meningkatkan petechiae (bintik merah) dan ekimosis (memar).

Berbagai penelitian menyebutkan manfaat kerokan, seperti efek penghilang rasa sakit pada mialgia (nyeri otot) dan nyeri kronis.

Kerokan juga dapat memperbaiki stasis darah (penyumbatan darah) dan peradangan.

Baca Juga: Pemasangan Ring Jantung dan Operasi Sesar Buat BPJS Kesehatan Defisit

Meskipun beberapa laporan menunjukkan efek samping terapi kerokan dalam praktek klinis dan eksperimental, namun mekanismenya masih belum jelas.

Dilansir NCBI, Tian et al sempat melakukan penelitian tentang kerokan dan hubungannya dengan suhu lokal dan volume perfusi darah pada subjek sehat.

Hasilnya, setelah kerokan 23 subjek (100%) dilaporkan merasa lebih hangat disertai dengan sedikit rasa sakit di daerah gesekan.

Baca Juga: Studi: Konsumsi Makanan Siap Saji di Indonesia Meningkat, 28% Kalori Orang Kota Berasal dari Junk Food

Mereka semua merasa rileks dan nyaman setelah kerokan meski  kulit menjadi sedikit merah, dan kemudian hyperaemia subkutan (kemerahan kulit).

Singkat kata, terapi tradisional ini memberikan kenyamanan pada saat Moms menderita gejala sakit perut, 'masuk angin' atau kedinginan. 

Baca Juga: Suami Dilantik Jadi Komisaris Utama Pertamina Bergaji Rp 3,2 Miliar, Puput Nastiti Devi Pamer Foto Gendong Bayi Laki-laki, Sudah Melahirkan?

Namun untuk penyembuhan penyakit tertentu, tampaknya masih diperlukan penelitian lebih lanjut. (*)

#gridhealthid #inspiringbetterhealth