GridHEALTH.id - Bayi yang lahir sebelum genap sembilan bulan berada di dalam kandungan atau prematur bisa jadi memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan fungsi organ yang belum berjalan dengan baik.
Baca Juga: Dua Balita Tewas Karena Makan Jelly, Kelihatannya Kenyal, Tapi Bisa Nyangkut di Tenggorokan
Oleh karena itu, bayi prematur memerlukan perawatan dan perhatian khusus dari orangtua.
Salah satu hal yang dipantau terus pada bayi prematur adalah perkembangan kematangan organ-organ tubuhnya, di antaranya paru-paru.
Para dokter paling khawatir, mengingat paru-parunya belum matang, adalah terjadinya apnea.
Apnea merupakan suatu kondisi berhentinya proses pernapasan dalam waktu singkat (beberapa detik hingga satu atau dua menit).
Gangguan ini bisa juga terjadi dalam jangka panjang. Penyebabnya berkaitan dengan sistem saraf pusat yang belum sempurna.
Untuk menghilangkan kejadian apnea, para dokter sering melakukan terapi kafein pada bayi prematur.
Baca Juga: Terapi Listrik Pulihkan Penderita Anoreksia yang Nyaris Tinggal Tulang, Disetrum Sampai Mau Makan
Kafein adalah salah satu obat yang paling sering diresepkan untuk bayi prematur, karena dianggap bisa mengurangi risiko terjadinya apnea.
Penelitian yang dilakukan oleh University in Hamilton, Ontario, Canada melibatkan lebih dari dua ribu bayi dengan berat 500 gram sampai 1,2 kg saat lahir.
Dengan izin orangtua para bayi, para peneliti secara acak memilih 963 bayi untuk mendapatkan terapi kafein untuk bayi selama 10 hari pertama hidupnya.
Sedangkan bayi lainnya mendapatkan plasebo (obat kosong) yang tidak mengandung kafein.
Para ahli memulai terapi kafein selama 10 hari pertama setelah kelahiran. Bayi prematur yang diberikan terapi kafein membutuhkan tambahan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan bayi prematur yang tidak mendapatkan terapi kafein.
Namun, menurut penelitian, efek terapi kafein berpotensi menyebabkan penurunan berat badan antara empat sampai enam minggu pada awal terapi.
Perbedaan berat rata-rata antara bayi yang menerima kafein dan yang tidak menerima kafein adalah 23 gram setelah dua minggu.
Baca Juga: Maia Estianti Percaya Terapi Alternatif Al-Fashdu, 'Darah Deras Mengucur, Gokil!'
Semua bayi juga mendapat terapi non-obat yang diperlukan untuk membantu bernapas.
Terapi non-obat itu termasuk termasuk oksigen tambahan, Continuous positive airway pressure therapy (CPAP), dan dibantu alat ventilasi melalui tabung yang dimasukkan ke dalam trakea.
Trakea adalah bagian dari saluran pernapasan yang juga dikenal sebagai batang tenggorokan.
Bayi prematur yang diberi terapi kafein menunjukkan peningkatan dalam fungsi pernapasan dan paru-paru dalam jangka panjang. Kafein diberikan dalam suntikan, susu, atau melalui tabung makanan sebanyak satu kali sehari.
Benarkah kafein bisa membantu pernapasan dan paru-paru bayi prematur?
Menurut pemimpin penelitian, Profesor Lex Doyle, anak-anak yang dulu menerima asupan kafein memiliki fungsi paru-paru dan pernapasan sangat baik saat mereka berusia 11 tahun.
Bayi prematur memang umumnya mengalami kesulitan bernapas. Para peneliti ini kemudian memberikan asupan kafein untuk membantu mengatur pernapasan dengan menekan bagian otak yang menandakan paru-paru mereka mengembang.
Penelitian yang telah dipublikasikan di The New England Journal of Medicine ini menyebutkan bahwa terapi kafein dapat membantu paru-paru bayi prematur dengan berat badan 500 sampai 900 gram saat lahir.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa memulai terapi kafein untuk bayi yang lahir di bawah 29 minggu, yang berada di unit perawatan intensif neonatal (NICU), dalam waktu dua hari setelah kelahiran mempersingkat waktu yang diperlukan bayi untuk menggunakan ventilator.
Ini juga mengurangi risiko bronchopulmonary dysplasia (BPD) - suatu bentuk penyakit paru kronis yang disebabkan oleh kerusakan paru-paru dari penggunaan ventilator. "Kafein adalah obat yang paling umum digunakan di NICU setelah antibiotik," kata Abhay Lodha, Associate Professor di University of Calgary di Kanada, seperti dilansir dari The Health Site
"Kafein juga dapat meningkatkan peregangan paru-paru dan ekspansi yang lebih baik, curah jantung dan tekanan darah pada bayi prematur, yang meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh dan otak, mengurangi durasi ventilasi mekanik dan risiko penyakit paru-paru kronis dan cedera pada otak yang sedang berkembang, " tambah Lodha. (*)