GridHEALTH.id – Seorang remaja berusia 15 tahun di Texas meninggal akibat vape atau rokok elektrik.
US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut kasus ini sebagai kematian termuda yang berasosiasi dengan penggunaan rokok elektrik di AS.
Baca Juga: Lagi, Korban Vape Seorang Gadis Berusia 19 Tahun, Paru-paru Rusak dan Bolong!
Melansir Insider, pejabat kesehatan wilayah Dallas mengonfirmasi bahwa remaja berusia 15 tahun tersebut meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan rokok elektrik saat tahun baru.
"Remaja ini mengalami kondisi medis kronis," ungkap pejabat kesehatan wilayah Dallas pada New York Times, dilansir dari Kompas.com pada Selasa (14/1/2020).
Baca Juga: Berantas Stunting: Dokter Sapto di Lombok Bikin Aplikasi Pendeteksi Gizi dan Stunting
Akan tetapi, mereka tidak mengidentifikasi kondisi, jenis kelamin, ataupun produk vape yang digunakan oleh remaja tersebut.
Hingga 7 Januari 2020, CDC melaporkan adanya 57 kasus kematian di 27 negara akibat EVALI (E-cigarette or Vaping Product Use Associated Lung Injury) atau penggunaan rokok elektrik dan produk lainnya yang berasosiasi dengan kerusakan paru-paru.
"Melaporkan kematian remaja akibat EVALI sangatlah tragis. Kami melihat kerusakan paru-paru yang parah hingga kematian. Keduanya dapat terjadi dalam waktu penggunaan yang singkat dari produk-produk ini," kata Direktur Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan Dallas sebagaimana dikutip Time.
Sebelum kematian remaja di Texas ini, kematian termuda yang dilaporkan akibat vape ini adalah remaja Bronx berusia 17 tahun.
Baca Juga: Korban Vape Pertama di AS, Dokter Sampai Lakukan Transplantasi Paru-paru Ganda
"Saya khawatir bahwa anak-anak muda memiliki ketergantungan dan potensi gangguan perkembangan saraf dari nikotin pada rokok elektrik," kata Ketua American Academy of Pediatrics Tobacco Consortium, Dr. Karen Wilson, sebagaimana dikutip Insider.
Rokok elektrik, atau vape, bekerja dengan memanaskan cairan untuk menghasilkan aerosol (partikel zat di udara yang bisa berupa debu, kabut, awan, atau asap) yang dihirup ke paru-paru.
Cairan tersebut dapat mengandung nikotin, tetrahydrocannabinol (THC), minyak cannabinoid (CBD) atau minyak ganja, serta zat tambahan lainnya.
THC adalah senyawa ganja atau obat halusinogen psikoaktif yang menimbulkan efek halusinasi.
Data laboratorium menunjukkan bahwa vitamin E asetat, aditif dalam beberapa produk rokok elektronik yang mengandung THC berhubungan erat dengan EVALI.
Vitamin E asetat biasanya tidak menyebabkan kerusakan ketika dikonsumsi sebagai suplemen vitamin atau dioleskan ke kulit.
Baca Juga: Sama Dengan Rokok Biasa, Vape Juga Bisa Buat Gigi Kuning
Namun, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ketika vitamin E asetat dihirup, itu dapat mengganggu fungsi paru-paru normal.
Walaupun tampaknya vitamin E asetat berhubungan dengan EVALI, ada banyak zat dan sumber produk berbeda yang sedang diselidiki, dan mungkin ada lebih dari satu penyebab.
Baca Juga: Jangan Lagi Gunakan Ubi Jalar Sebagai MPASI, Salah Satu Penyebab Bayi Sering Sembelit
Oleh karena itu, cara terbaik bagi orang untuk memastikan bahwa mereka tidak dalam risiko adalah menahan diri dari penggunaan semua produk rokok elektrik atau vaping.
Semoga masyarakat Indonesia, terutama remaja, jadi lebih sadar akan bahaya penggunaan rokok elektik atau vape ini, ya.(*)
#berantasstunting