GidHEALTH.id - Meski bayi mendapatkan ASI yang cukup Faktanya mereka masih rentan juga terkena stunting.
Hal itu terbukti dari banyaknya ditemukan bayi ASI yang mengalami weight faltering atau gagal tumbuh.
Menurut dr. Damayanti Rusli S, SpAK, PhD, anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), saat diwawancara langsung oleh Nakita.id (23/4/2018) di Jakarta pusat.
Baca Juga: Berantas Stunting: Dokter Sapto di Lombok Bikin Aplikasi Pendeteksi Gizi dan Stunting
Weight faltering ini adalah awal mula alias cikal bakal stunting.
“Sebelum stunting, seorang anak akan menunjukan weight faltering terlebih dahulu. Jika di sini sudah bisa kita cegah, anak tersebut bisa terselamatkan dari stunting.” Tegas dr. Yanti.
Lebih lanjut dr. Yanti mengatakan salah satu penyebab weight faltering maupun stunting adalah pemberian MPASI tidak tepat waktu atau tidak cukup.
Sedangklan pada bayi di usia ASI eksklusif, adalah cara ibu memberi ASI.
Jadi bukan salah ASI-nya yang salah, tapi tidak tepat dalam pemberian ASI yang membuat bayi Indonesia stunting.
Supaya hal ini tidak terjadi, pemantauan pertumbuhan bayi dari lahir dengan ASI harus cermat dan konsisten.
Saat ditemukan ada penurunan berat badan, harus segera dicari penyebabnya; apakah pemberian ASI salah, misal si bayi ternyata hanya ngempeng saja, atau lainnya.
Baca Juga: Jangan Lagi Gunakan Ubi Jalar Sebagai MPASI, Salah Satu Penyebab Bayi Sering Sembelit
Lalu revisi pemberian ASI pada bayi. Jika masih tetap dan atau tambah turun, cari apakah ada penyakit pada si bayi atau tidak, jangan-jangan bayinya alergi.
Jika sudah ditangani berat badan bayi masih turun, harus cari solusi lainnya. Misal, cari ASI donor.
Tapi ingat ini tidak bisa asal-asalan. Karena penularan penyakit dari ASI sangat rentan.
Selain itu, bayi penerima donor ASI tidak boleh jauh-jauh jarak usianya dari bayi pendonor. Misal, penerima donor usia 2 bulan, ASI donor dari ibu bayi usia 9 bulan. “Ini tidak bisa,dalam ASI pendonor sudah tidak ada zat gizi yang dibutuhkan bagi bayi penerima donor.” Ungkap yanti.
Baca Juga: TKI Ini Nekat Campurkan Nasi Dengan Air Kencing dan Darah Haid Untuk Majikannya di Singapura
“Selain ASI donor, upaya yang bisa lakukan adalah menggunakan susu formula khusus. Yang sudah diatur oleh WHO juga Codex Alimentarius.” Jelas Yanti menambahkan.
Pemberian susu formuka khusus pula yang harusnya dilakukan dalam program terapi anak stunting, seperti di Asmat.
"Bukan dengan biskuit, apalagi biskuit itu berbahan dasar nabati, daun katuk," tutup Yanti.
Baca Juga: Selain Jarang Olahraga, 4 Alasan Ini Bisa Menyebabkan Berat Badan Naik
Terlebih menurut penelitian, Weber (1981) stunting bisa membuat IQ anak "jongkok".
Dimana dalam penelitian tersebut dikemukakan, anak yang masuk dalam ketegori stunting atau gizi kurang, 65% IQ-nya tidak lebih dari 90.(*)
#berantasstunting