Find Us On Social Media :

Dislipidemia, Bahaya Kolesterol Tinggi yang Bisa Mengancam Jiwa

Makanan dengan sumber kolesterol tinggi penyebab dislipidemia, kadar lemak tinggi dalam darah.

GridHEALTH.id - Di berbagai belahan dunia, kegemukan sudah menjadi epidemi global yang mengancam kesehatan.

Baca Juga: 4 Cara Hilangkan Kolesterol Jahat di Dalam Tubuh

Termasuk kategori penyakit tidak menular, kegemukan dan obesitas berdampak pada berbagai gangguan kesehatan seperti serangan jantung, stroke, diabetes, kanker dan lain-lain.

Selain gangguan-gangguan kesehatan di atas, pada penderita kegemukan dan obesitas sering ditemui keadaan yang disebut dislipidemia.

Dilansir dari WebMD, dislipidemia adalah suatu keadaan dimana terjadi keabnormalan/kelebihan kadar lemak dalam tubuh.

Kelebihan lemak ini bermacam-macam, ada yang kelebihan kolesterol, kelebihan trigriserid, dan ada yang campuran antara kolesterol dan trigliserid.

Seseorang dikatakan mengalami dislipidemia apabila pemeriksaan lemak darahnya setelah puasa menunjukkan nilai kolesterol total di atas 200 mg/dL, dengan rincian:

Baca Juga: Berantas Stunting: Pendidikan Tentang Gizi Harus Dimulai Sejak Dini

Kolesterol LDL di atas 100 mg/dL.

Kolesterol HDL di bawah 40 mg/dL untuk pria, atau di bawah 50 mg/dL untuk wanita.

Trilgliserida lebih dari 150 mg/dL.

Berdasarkan penyebabnya, dislipidemia dibedakan menjadi 2 tipe, yakni dislipidemia primer dan sekunder.

Baca Juga: Syarat Rumah Bersih dan Sehat Bebas Penyakit, Ternyata Mudah!

Dislipidemia primer diturunkan dari orangtua ke anak, sedangkan dislipidemia sekunder disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat atau penyakit tertentu.

Kolesterol yang terlalu banyak jumlahnya dapat menumpuk di dinding pembuluh darah arteri dan membentuk plak (aterosklerosis). Akibatnya, aliran darah di dalam tubuh termasuk ke jantung dan otak, jadi terganggu.

Hal tersebut dapat menimbulkan sejumlah penyakit, seperti stroke, tekanan darah tinggi, serangan jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit arteri perifer yang bisa mengancam nyawa.

Beberapa kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko dislipidemia adalah malas berolahraga, merokok, sering mengonsumsi alkohol, dan gemar menyantap makanan tinggi gula atau lemak jenuh seperti gorengan.

Ada juga beberapa kondisi penyakit yang berpotensi menimbulkan disiplidemia seperti penyakit hati, sindrom metabolik, penyakit jantung, diabetes yang tidak terkontrol, dan hipotiroidisme.

Baca Juga: Waspadai Glukoma Pada Anak dan Ciri-cirinya, Butuh Penanganan Segera

Penting diketahui bahwa disiplidemia tidak menimbulkan gejala. Oleh karena itu perlu pemeriksaan berkala di laboratorium guna menilai kadar lemak di dalam darah.

Jika terdiagnosis dislipidemia, dokter akan memberikan obat-obatan dari kelompok statin seperti atorvastatin, livostatin, pravastatin, dan simvastatin.

Baca Juga: Ingin Creambath Selama Hamil, Tapi Bolehkah? Nah, Ini Aturannya!

Obat-obat itu diberikan jika kadar kolesterol sudah mencapai tingkat parah seperti kadar kolesterol LDL lebih dari 190 mg/dL.

Namun dokter bisa saja memberikan karena pasien menderita kondisi tertentu, seperti diabetes atau penyakit jantung.

Baca Juga: Memilih Pembalut yang Tepat, Salah Satunya Tidak Mengandung Bahan Berbahaya

Pasien juga diminta melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat seperti melakukan diet agar berat badan turun, membatasi asupan makanan berlemak jenuh, rutin berolahraga dan tidak merokok/minum alkohol.(*) 

#berantasstunting