Find Us On Social Media :

Penyembuhan Pneumonia Akibat Virus Corona, Pasien Tak Boleh Banyak Berkeringat

Bila sedang terkena pneumonia sebaiknya istirahat dan usahakan jangan banyak mengeluarkan keringat.

 

 

 

GridHEALTH.id – Pneumonia (long ontsteking, radang paru-paru atau paru-paru basah) dewasa ini begitu populer karena sering muncul sebagai komplikasi penyebab kematian pada penderita virus corona.

Baca Juga: Fakta, Orang Amerika Ternyata Lebih Takut Virus Influenza Daripada Virus Corona

Pneumonia juga menjadi pemicu komplikasi dan penyebab kematian dari penyakit campak dan influenza, terutama pada anak-anak.

Terjadinya pneumonia sebagai komplikasi dan penyebab kematian penyakit lain ini sebenarnya dapat dicegah jika tubuh tidak terganggu dalam menjalankan salah satu tugas pentingnya.

Tugas penting itu ialah pekerjaan yang biasa dilakukan sel-sel yang melapisi bagian dalam saluran pernapasan.

Tiap sel mempunyai kira-kira 200 silia (sejenis rambut yang sangat halus) dan mengeluarkan cairan encer di permukaannya.

Silia itu bergerak secara teratur 10 - 20 kali per detik tanpa henti, menyapu cairan dengan kecepatan 1 cm per menit menuju tenggorokan, untuk kemudian tanpa disadari ditelan.

Baca Juga: Kurus Tetapi Menderita Kolesterol Tinggi, Ternyata Akibat Hal Ini

Normalnya, debu, kuman, asap, dan sejenisnya akan melekat pada cairan, lalu disapu bersih dari saluran pernapasan. Selain itu, cairan tersebut juga menjaga agar saluran napas selalu basah.

Nah, terlalu banyak mengeluarkan keringat akan menyebabkan cairan itu menjadi kering dan lengket, sehingga tidak dapat dialirkan dan mengumpul menjadi dahak, plus menyumbat saluran napas.

Baca Juga: Tips Ampuh Mengatasi Jet Lag Dengan Mengonsumsi Makanan Ini

 Saluran napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas dan batuk. Lalu, berkembangbiaknya kuman-kuman dapat menyebabkan penyakit bronkitis dan paru-paru basah.

Untuk penyembuhan jangka pendek bisa dengan mengencerkan dan mengeluarkan dahak menggunakan alat dan obat, atau biasa dikenal dengan "inhalasi uap".

Sedangkan jangka panjangnya adalah dengan mencegah keluarnya keringat/air secara berlebihan. 

Minum banyak pun akan sia-sia, kalau ruangannya masih pengap, karena akan keluar lagi melalui keringat. Udara di negara tropis sangat lembab (banyak mengandung uap air) sehingga kita sangat mudah berkeringat.

Uap air yang keluar ketika mengeluarkan napas mencapai 11 kali lebih banyak dibandingkan dengan udara yang dihisap ketika menarik napas.

Baca Juga: Benarkah Dampak Diet Keto Ternyata Bikin Miss V Jadi Lebih Bau?

Jadi, dalam ruangan yang ventilasinya kurang, udara akan makin bertambah lembab, bertambah CO2, dan berkurang oksigennya, sehingga badan menjadi sangat lemah, penyakit pun merajalela.

Untuk mengatasinya, ruangan tidak ber-AC haruslah selalu terbuka agar udara segar dari luar bisa masuk. Kipas angin tidak ada gunanya kalau tidak ada udara segar dari luar yang masuk ke dalam ruangan.

Baca Juga: Hari Parkinson Sedunia: Kopi, Kacang & Ikan Dapat Meningkatkan Kekuatan Otak

Hindari asap rokok yang mengandung banyak monoksida yang tidak dapat dibersihkan oleh AC dan mengalahkan oksigen masuk ke dalam sel darah.

Bila sedang terkena pneumonia sebaiknya istirahat dan usahakan jangan banyak mengeluarkan keringat.  (*)

#berantasstunting