Namun ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seperti hamil dengan anak kembar, pernah mengalami kolestasis pada kehamilan sebelumnya, anggota keluarga ada yang menderita kolestasis, etnis Hispanik (khususnya Chili), riwayat Hepatitis C, dan usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun.
Baca Juga: WNI Pulang Dari Wuhan Selesai Karantina, IDI Berharap Terus Dipantau
Jika ibu hamil memiliki gatal-gatal yang menetap yang berlangsung selama beberapa hari dan tidak sembuh dengan lotion yang menenangkan, segeralah ke dokter.
Dokter akan meminta melakukan tes darah yang mengukur kadar asam empedu dan fungsi hati. Kadang-kadang gejalanya bisa mulai sebelum penyakit muncul dalam darah.
Jadi jika hasil laboratorium menyatakan normal, namun gatal-gatal terus berlangsung bahkan memburuk, kita akan mungkin perlu pemeriksaan laboratorium diulang dalam satu atau dua minggu.
Berita buruknya, kehamilan dengan kolestasis memiliki peningkatan risiko lahir mati, dan risiko lahir mati tidak berkurang dengan pemberian obat-obatan atau pemantauan bayi dengan USG.
Tantangan terbesar bagi dokter kebidanan dan kandungan ketika mendapati pasiennya terdiagnosis kolestasis adalah memutuskan kapan waktu terbaik untuk melahirkan bayi.
Baca Juga: 7 Penyakit Berisiko Muncul Bila Gangguan Diabetes Tidak Dikelola
Tentu setiap dokter ingin bayi berkembang sepenuhnya dan tidak memiliki komplikasi karena dilahirkan terlalu dini.