Find Us On Social Media :

Cara Menjaring Pasien Corona Covid-19 di Indonesia Kurang Tepat, Metode KIT Lebih Efektif

Istana Perketat Protokol Keamanan, Seluruh Akses Masuk Dipasangi Thermal Scanner, Suhu Tubuh Beda 1,5 Derajat di Atas Normal Dilarang Masuk.

GridHEALTH.id - Sejak pengumuman Presiden Joko Widodo awal Maret lalu, jumlah pasien positif virus corona (Covid-19) di Indonesia meningkat tajam. 

Dimana diberitakan Kompas.com, per Sabtu (14/3/2020) saja pasien positif virus corona di tanah air bertambah menjadi 96 kasus, 8 di antaranya dinyatakan sembuh dan 5 orang meninggal dunia.

Melihat hal tersebut, muncul pertanyaan mengapa pasien positif virus corona bisa melonjak begitu tajam? serta bagaimana cara mendeteksi dan menentukan seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak?

Menanggapi hal tersebut Dr. Handrawan Nadesul pun memberikan pandangan melalui tulisannya yang disebar melalui WA grup yang diterima GridHEALTH.id (14/3/2020).

Menurutnya untuk menentukan seseorang positif virus corona memang gampang-gampang susah.

Baca Juga: 132 Rumah Sakit di Indonesia yang Menangani dan Mengisolasi Pasien Corona Covid-19

Seperti deteksi awal untuk menjaring pembawa Covid-19 dengan suhu yang ternyata tidaklah spesifik.

Semua yang suhu tubuhnya meninggi akan terjaring, yang berarti belum tentu semuanya disebabkan oleh virus corona.

Demikianpula sebaliknya, yang suhunya tidak meninggi, bukan berarti pasti tidak sedang membawa Covid-19.

Sebab pasien positif virus corona ada juga yang tanpa gejala sekalipun.

Dengan demikian, orang yang memperlihatkan gejala dan tanda flu (flu like symptoms) akan terjaring juga sebagai terduga Covid-19, dan itupun belum spesifik virus corona.

Bisa jadi yang tanpa gejala dan tanda juga malah masih mungkin pembawa Covid-19.

Yang lebih spesifik menjaring virus corona, bila dilakukan tes yang bisa menemukan Covid-19 yakni dengan rtRT PCR.

Baca Juga: Perjalanan Dinas hingga Tifus dan Asma yang Diduga Sebabkan Menhub Terinfeksi Corona Covid-19

Dari usap tenggorok dan hidung (swab oropharynx dan nasopharynx) bila ditemukan virusnya, maka dinyatakan positif pembawa Covid-19.

Bisa saja terjadi negatif palsu, seolah tidak sedang membawa Covid-19, padahal sudah ada virusnya.

Kesalahan bisa sebab alat periksanya, bisa juga sebab sample contoh bahan yang diperiksanya.

Kasus demikian yang tergolong kasus lolos terluput dari penjaringan, lalu beredar bebas di tengah masyarakat.

Baca Juga: Jangan Salah, Ternyata Seks Teratur Dapat Memperpanjang Umur Pria

Kasus demikian yang membahayakan dan mengapa dengan cepat Covid-19 menyebarluas dan kasusnya dengan cepat melonjak.

Kita menyebutnya sebagai "community spead".

Termasuk pula kasus yang terluput dari tracing, penelusuran semua orang yang pernah berkontak dengan kasus positif Covid-19 yang sudah terjaring.

Tes di atas tentu dilakukan sesuai protokol dan otoritas yang ditetapkan oleh WHO, sehingga hasilnya dapat secara sahih dipercaya.

Lalu adakah tes lain yang bisa dilakukan?

Baca Juga: Jangan Dibuang, Makanan Kedaluwarsa Masih Bisa Dikonsumsi, Asalkan..

Secara teori bisa melacak virusnya dengan metode NGS (next generation sequencing) yakni pelacakan DNA/RNA virusnya dari contoh air liur.

Cara ini lebih rumit karena harus menggunakan alat khusus selain ongkosnya terbilang tinggi.

Cara ini termasuk yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya kanker dalam tubuh.

Yang lebih praktis dan dapat dilakukan oleh masyarakat awam secara mandiri, yakni dengan metode kit untuk menilai antibodi.

Baca Juga: Jika Mengalami Cantengan Seperti Ini Segera ke Dokter, Karena Berisiko.....

Dengan setetes darah kita dapat menemukan pembawa Covid-19, dengan melihat antibodi yang muncul akibat tubuh dimasuki virusnya, yakni Ig (immunoglobulin) baik yang IgM, maupun yang IgG.

Waktunya cuma 15 menit seharga 10 Dolar AS untuk satu orang konon akan masuk Indonesia.

Cuma masalahnya apakah kita yang bisa dilakukan semua orang ini sudah mendapat sertifikat dari otoritas, misal dari FDA (badan pengawasan obat dan makanan AS) atau CDC (pusat penyakit menular AS), sebagaimana yang disahkan untuk tes PCR dan yang lainnya.

Baca Juga: Cara CERDIK Untuk Cegah Penyakit Ginjal Kronis dan Gagal Ginjal

Secara praktis, untuk sekadar tahu saja, tidak salah kalau memilih ini, setidaknya membantu pemerintah untuk lebih banyak menjaring kemungkinan pembawa Covid-19.

Mengapa? Oleh karena setiap orang wajib ikut bertanggung jawab terhadap penyebaran virus corona yang sudah memasuki masa pandemik, manakala bila kita positif pembawa Covid-19 di sekitar kita sudah mencemari 5 orang bahkan lebih, sebagaimana terjadi di Jepang atau Italia.(*)

 Baca Juga: Keyakinan Ayu Ting Ting Menggelar Konser di Tengah Wabah Virus Corona

 

 #berantasstunting