Senada dengan Yunita, Sekolah Farmasi ITB dalam surat tanggapannya yang diterima redaksi GridHEALTH.id; Tanggapan terhadap maraknya penggunaan disinfektan pada bilik disinfeksi untuk pencegahan COVID-19, pada poin depalapan menyebutkan jika tidak efektif penggunaan disinfektan seperti yang banyak dilakukan masyarakat sekarang ini untuk membunuh virus corona.
“Penyemprotan disinfektan ke tubuh manusia, udara, dan jalan raya dipandang tidak efektif. Selain itu, penggunaan berlebihan disinfektan berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan dan lingkungan [10]. Salah satunya adalah timbulnya resistensi, baik resistensi bakteri ataupun virus terutama apabila disinfektan tidak digunakan pada konsentrasi idealnya.”
Masih menurut surat tangapan resmi tertanggal 28 Maret 2020, Sekolah Farmasi ITB pun menyebutkan disinfektan yang sekarang marak digunakan masyarakat secara bebas, termasuk untuk bilik disinfeksi, diantaranya adalah diluted bleach (larutan pemutih/natrium hipoklorit), klorin dioksida, etanol 70%, kloroksilenol, electrolyzed salt water, amonium kuarterner (seperti benzalkonium klorida), glutaraldehid, hidrogen peroksida (H2O2 ) dan sebagainya.
Zat aktif kimia tersebut tidak semuanya aman bagi lingkugan juga manusia.