Find Us On Social Media :

Anies Baswedan Khawatirkan Mortalitas Covid-19 di DKI; 'Sudah di Atas Angka Rata-rata Dunia'

Pemakaman jenaza korban virus corona. Angka kematian sudah di atas angka rata-rata global.

 

 

 

GridHEALTH.id- Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta menanggung konsekuensi tempat berkumpulnya dan lalu-lalangnya penduduk Indonesia.

Di tengah pandemi virus corona, tak pelak menimbulkan fakta, Jakarta menjadi epicentrum penyebaran virus ini.

Data yang disampaikan Pemda DKI bersama Gugus Tugas Pemerintah Penanggulangan Covid-19 setiap hari menunjukkan tren penambahan pasien positif dan korban yang meninggal.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan situasi Corona di Ibu Kota mengkhawatirkan. Berdasarkan data, tingkat kematian akibat Corona di DKI mencapai 10 %, dua kali lipat lebih tinggi dari persentase global.

Anies menyampaikan itu kepada Wapres Ma'ruf Amin melalui video conference yang disiarkan live lewat channel YouTube Setwapres, Kamis (2/4/2020). Anies awalnya melaporkan data kasus Corona di Jakarta.

 "Izinkan saya melaporkan status terbaru per tanggal 2 April ini di Jakarta terdapat 885 kasus COVID positif, kemudian saat ini ada 561 pasien yang masih dalam perawatan, ada 181 orang yang lakukan isolasi mandiri," kata Anies kepada Ma'ruf.

Baca Juga: Studi: Virus Corona Penyebab Covid-19 Sudah Ada di Dalam Manusia Bertahun-tahun Lalu

Baca Juga: Berjemur Memperkuat Kekebalan Tubuh Melawan Virus Corona, Jam Berapa Waktu yang Tepat?

 Anies mengatakan 53 pasien dinyatakan sembuh dari Corona. Sedangkan 90 orang dinyatakan meninggal.

Dengan angka itu, Anies mengatakan tingkat mortalitas di DKI mencapai 10%, dua kali lipat dari angka kematian di seluruh dunia.

"Jadi kira-kira 885 positif, 90 meninggal, artinya case fatality rate-nya sekitar 10%, Pak Wapres.

Sepuluh persen itu adalah lebih dari 2 kali lipat, Pak, dibandingkan angka rata-rata global. Jadi kalau kita lihat begitu, angka global itu 4,4%, di Jakarta ini di atas 10%, ini sangat mengkhawatirkan," ujarnya.

Hingga Rabu (1/4), Anies menerangkan ada 401 kasus kematian yang dimakamkan dengan protap Covid-19 di Jakarta.

Sedangkan sepanjang setengah hari ini, ada 38 jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19.

 

"Baru setengah hari itu, Pak. Jadi situasinya di Jakarta ini sangat-sangat mengkhawatirkan karena itulah mengapa pada awal pekan kemarin kami kirim surat ke Pak Presiden mengajukan agar dilakukan langkah pembatasan ekstrem, waktu itu kami ajukan karantina wilayah," ujarnya.

 

Baca Juga: Studi : Semakin Besar Kemaluan, Pria Makin Malas Pakai Kontrasepsi

 Baca Juga: Berantas Stunting: Ditengah Gempuran Virus Corona, Dampak Stunting Ternyata Lebih Dirasakan Anak

 

Anies juga menjelaskan awal kasus Covid-19 pertama yang menyebabkan kematian di Jakarta muncul pada 6 Maret 2020. Setelahnya angka kematian terus bertambah.

"Tren meningkat terus selanjutnya 4, 7, belasan, puluhan, dan sekarang setiap hari ada di atas 40 pak, hari ini saja sudah 38 orang, pagi tadi, sampai jam 12 siang," ucap Anies.

Lebih jauh, Anies mengatakan angka sebenarnya kasus positif virus corona selalu lebih besar jumlahnya dari yang terdeteksi.

Dari situ, Anies menyimpulkan, jika hari ini misalnya ada 400 orang meninggal dunia akibat virus corona, bisa diproyeksikan ada 4.000 orang yang positif terpapar virus ini.

"Karena Jabodetabek ini ada yang Jabar ada Banten, karena itu kami usulkan agar ada kebijakan sendiri untuk kawasan Jabodebatek di mana batas-batas administrasi pemerintahan di situ berbeda dengan penyebaran kasus Covid-19 di Jabodetabek," lanjutnya.

Baca Juga: Diabetes Ternyata Bisa Menular Tanpa Disadari, Begini Caranya

Baca Juga: Studi : Susu, Yoghurt dan Keju Dapat Mencegah Risiko Munculnya Stroke

"Misalnya kita kembali menggunakan angka tadi, misalnya saat ini ada 400 orang meninggal dunia, sebutlah tingkat kematian 10%, maka proyeksi kita yang saat ini sudah ada 4.000 kasus bila itu 10%, bila meninggal 5%  maka kita ada 8.000 kasus di Jakarta ini," ujar Anies. (*) 

#berantasstunting #hadapicorona