GridHealth.ID - Penyebaran wabah virus corona (COVID-19) telah membuat berbagai pihak di penjuru dunia merasa terancam, tak terkecuali di Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Kata Amerika Serikat Virus Corona Bakal Menghantui Sepanjang 2020
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation, sebuah organisasi yang berfokus pada masalah kesehatan nasional, serta peran AS dalam kebijakan kesehatan global, menunjukkan bahwa hampir setengah dari orang-orang di AS merasakan krisis COVID-19 yang mana merusak kesehatan mental mereka.
Survei yang dilakukan pada 25 hingga 30 Maret itu menemukan hasil bahwa 45% orang dewasa mengatakan pandemi COVID-19 telah memengaruhi kesehatan mental mereka, dan 19% mengatakan itu memiliki "dampak besar."
Baca Juga: Trump Bangga Amerika Serikat Siapkan 400 Ribu Alat Tes Virus Corona, Dunia Menanti Efektifitasnya
Angka ini sedikit lebih tinggi pada wanita, orang dewasa Hispanik dan orang kulit hitam.
Menanggapi hal ini, Kathy Hogan Bruen, seorang psikolog klinis Washington berpendapat bahwa jumlah tersebut merupakan angka yang sangat besar.
"Ini jumlah yang sangat besar," kata Kathy Hogan Bruen, seperti dikutip dari washingtonpost.com.
Baca Juga: Rusia dan Amerika Serikat Berangsur Tarik Warganya, Tanda Indonesia Sudah Lampu Merah Virus Corona?
Lebih lanjut, Hogan Bruen menambahkan akibat dari pandemi Covid-19 ini bisa berdampak pada kesehatan mental.
“Tidak mengherankan mengingat semua berjumlah besar berdampak dalam hal pengangguran, dan jarak sosial, yang dapat menyamai isolasi sosial. Dan orang-orang sekarat, orang sakit. Semua jumlah besar ini akan memiliki dampak besar pada kesehatan mental kita secara kolektif. " ujarnya.
Meski begitu, para ahli kesehatan mental mengatakan itu normal jika orang-orang mengalami kecemasan dan kekhawatiran di tengah pandemi global ini. Terlebih kita tidak mengetahui kapan ini akan berhenti.
Baca Juga: Tiru China, Rumah Sakit di Amerika Gunakan Vitamin C Obati Pasien Covid-19
"Mengingat keadaannya, merasa cemas adalah bagian dari respons normal terhadap apa yang terjadi," kata Joshua Gordon, direktur National Institute of Mental Health.
Seperti diketahui, Amerika Serikat merupakan negara yang berada di urutan pertama dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia.
Berdasaran informasi yang tercatat pada laman worldometers.info, di Amerika Serikat ada sebanyak 245.373 kasus Covid-19 per 3 April 2020, 06:24 GMT.
Baca Juga: Studi: Orang Indonesia Lambat Alami Penuaan Dibanding Eropa & Amerika
Dalam hal ini pemerintah dunia telah menggadang-gadang masyarakat untuk tetap berada di rumah, justru bagi sebagian orang, rumah bukanlah tempat yang aman.
Hal tersebut disampaikan oleh Holly Daniels, direktur pelaksana urusan klinis untuk California Association of Marriage and Family Therapists, seperti dikutip dari thejakartapost.com.
"'Lebih aman di rumah' adalah mandat yang luar biasa untuk virus corona, tetapi bagi banyak orang, rumah bukanlah tempat yang aman," kata Daniels.
Baca Juga: Dihadapan DPR Sosok Ini Ungkap Kelemahan Indonesia Dalam Hadapi Corona
Hal ini dikarenakan bagi orang yang sendirian dan terisolasi bisa menyebabkan mereka berada disituasi yang tidak aman.
"Angka bunuh diri akan naik karena orang-orang sendirian dan terisolasi dan berada di rumah benar-benar situasi yang tidak aman bagi mereka." tambahnya.
Lebih lanjut, Daniels dan Lott, seorang psikolog menyarankan kepada pasien yang berjuang untuk mengatasi masalah kesendirian di tengah wabah Covid-19 untuk tetap berpijak pada kondisi saat ini.
Baca Juga: Update Covid-19; WANTED Dokter Pengungkap Pertama Virus Corona Mendadak Hilang, Ini Kronologinya
Selain itu, bisa juga menggunakan meditasi, olahraga, dan chatting online dengan teman dan orang yang dicintai untuk mengurangi kecemasan.
"Saya mencoba membuat orang tinggal sedekat mungkin dengan saat ini - pada saat ini saya memiliki makanan, saat ini orang yang saya cintai aman, pada saat ini saya memiliki pekerjaan," kata Lott.
Untuk itu, agar pandemi global ini tidak semakin berdampak pada kesehatan mental, kita disarankan untuk banyak melakukan hal positif seperti berkomunikasi dengan orang lain, meski secara online.
“Pikirkan tentang apa yang membuat Anda merasa lebih baik, apa yang membantu meningkatkan kesehatan mental Anda dan bagaimana Anda dapat melakukannya dengan sumber daya yang terbatas saat ini." ujar HoganBruen, seperti dikutip dari thejakartapost.com.
Baca Juga: Covid-19 Mengancam Profesi Jurnalis di Indonesia, CNN dan Metro TV Sudah Terkena Imbasnya
"Pikirkan tentang dukungan sosial - cara mengakses teman dan keluarga secara online, untuk menjangkau orang, dan mengembangkan komunitas baru jika Anda tidak memilikinya sebelumnya. Cara berolahraga, ” tambahnya.(*)
Baca Juga: Langkah Keras Dilakukan, Italia Telah Ratakan Kurva Penyebaran Covid-19
#berantasstunting #hadapicorona