Find Us On Social Media :

Semprot Disinfektan Marak di Jalanan, Dinilai Sia-sia Oleh WHO

Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyemprot disinfektan di jalanan, tindakan yang dianggap sia-sia oleh WHO.

GridHEALTH.id - Berbagai ikhtiar dilakukan di negeri kita tercinta agar Covid-19 segera musnah. Termasuk penyemprotan di jalan-jalan yang dilakukan oleh hampir seluruh pemerintah daerah di wilayah Indonesia.

Lihatlah di video yang viral, bagaimana Walikota Surabaya Tri Rismaharini terlihat menyemprot sendiri jalan-jalan protokol di kota itu pada 23 Maret 2020. Sampai-sampai drone juga dikerahkan.

Di Jakarta, mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menyemprot lima wilayah ibukota.

Di Pulau Dewata, Polda Bali mengerahkan truk water cannon berkapasitas 5.000 liter untuk menyemprot jalan-jalan pusat kota  dengan cairan pembasmi kuman penyakit itu.

Kota kabupaten tak mau kalah, di Kota Madiun Jawa Timur, 'hujan disinfektan' dibuat lewat pengerahan bronto skylift.

Penyemprotan disinfektan di jalanan dan lingkungan luar ruangan bukan dilakukan Indonesia saja. Di India, Meksiko, Venezuela, Thailand, hingga Turki juga demikian.

Baca Juga: Di Masa Karantina Mandiri , Ini Bekal Keluar Rumah Agar Terhindar dari Virus Corona

Baca Juga: Bau Mulut di Bulan Puasa, Begini Cara Mengusirnya

Kepala Jaringan Wabah dan Tanggap Darurat Global WHO, Dale Fisher memberikan tanggapannya mengenai penyemprotan jalanan dengan disinfektan yang marak dilakukan di berbagai negara.

"Mungkin itu adalah citra masyarakat yang kita anggap serius, saya tidak tahu. Yang jelas, itu adalah hal yang tidak kami rekomendasikan. Kami tidak percaya orang-orang tertular virus dari permukaan tanah (jalanan -red)," kata Fisher, yang juga ahli penyakit menular, sebagaimana diunggah DW News di akun YouTube, Kamis (2/4).

Fisher mengatakan, daripada menyemprot jalanan dengan disinfektan mengandung klorin, lebih baik menggalakkan kegiatan cuci tangan dengan sabun.

"Saya lebih melihat orang-orang mencuci tangan dan menjaga jarak, hal seperti itulah yang merupakan aksi tanggap masyarakat terhadap virus, bukan menyemprotkan klorin di mana-mana," kata Fisher.

 

Dilansir Reuters, Fisher bahkan menganggap langkah penyemprotan jalanan dengan disinfektan bisa berisiko merugikan kesehatan masyarakat, membuang waktu, uang, dan menghamburkan sumber daya.

"Itu adalah sebuah gambaran sia-sia dan konyol di banyak negara," kata Fisher lugas.

"Saya tidak percaya itu bisa berkontribusi apapun untuk merespons (COVID-19) dan bisa beracun bagi masyarakat. Virus itu tidak akan bertahan lama di lingkungan dan orang-orang pada umumnya juga tidak menyentuh permukaan (tanah/jalanan)," kata Fisher.

Baca Juga: 9 Cara Agar Aliran Darah Lancar dan Terkontrol Demi Kesehatan Jantung

Baca Juga: 7 Tanda Tiroid Bermasalah, Salah Satunya Rambut Sering Rontok

Peneliti dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) China, Zhang Liubo, bahkan mewanti-wanti masyarakat supaya tidak kelewat kerajingan main semprot disinfektan.

Sebabnya, cairan disinfektan bisa berbahaya bagi manusia bila kelewat banyak masuk ke tubuh.

"Permukaan di luar ruangan, seperti jalanan, tempat lapang, rerumputan, jangan sering-sering disemprot dengan disinfektan.

Baca Juga: Saat Sendirian Terkena Serangan Jantung? Ini yang Harus Dilakukan

Baca Juga: Kata Ahli Soal Kehamilan di Kolam Renang : 'Sperma Akan Mati di Luar Tubuh'

Menyemprot disinfektan dalam area yang luas terus-menerus membuat polusi lingkungan yang harus dihindari," kata Zhang Liubo, dilansir Science dari siaran televisi CCTV China. (*)