Find Us On Social Media :

Meningitis Seperti Dialami Glenn Fredly Banyak yang Bisa Disembuhkan, Tapi Dokter Mengaku Serba Salah Menangani Pasien

(Ilustrasi) Meningitis

GridHEALTH.id – Keluarga Glenn Fredly yang diwakili oleh Fredly Mozes Latuihamallo, sudah merilis penyebab kematian penyanyi yang meninggalkan putri cantiknya yang baru berusia 40 hari.

Menurut rilis resmi dari pihak keluarga, berdasarkan ketarangan medis dari rumah sakit, suami Mutia Ayu meninggal karena meningitis.

Memang meningitis adalah penyakit mematikan. Karenanya ada yang bilang mengobati pasien meningitis seakan berlomba dengan maut.

Baca Juga: Merasa Tanpa Gejala Covid-19 Wanita Ini Menolak Karantina, Akibatnya Sang Ibu Jadi Korban

Meningitis dan penyakit meningokokus dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam, yang berarti perawatan dini sangat penting untuk mencegah infeksi dengan cepat menguasai tubuh.

Biasanya pasien meningitis jika dirawat cukup awal peluang terselamatkannya pasien dari maut kemungkinannya cukup besar.

Baca Juga: Tingkat kematian Virus Corona Enam Kali Lebih Rendah Pada Negara yang Menggunakan Vaksin BCG

Baca Juga: Riwayat Kesehatan Glenn Fredly Resmi dari Keluarga, Seluruh Anggota Keluarga Mungkin Harus Minum Obat untuk Cegah Infeksi Meningitis

Hal itu terbukti dari laporan China.org.cn (11 Januari 2007), yang menyebutkan 201 kasus meningitis serebrospinal pada bulan Desember, hanya 14 orang meninggal karena penyakit itu.

Data lainnya, sekitar 1,2 juta kasus meningitis bakteri terjadi setiap tahunnya di dunia, dengan tingkat kematian mencapai 135.000 jiwa.

Wabah meningitis terbesar dalam sejarah dunia menurut WHO terjadi pada 1996–1997 yang menyebabkan lebih dari 250.000 kasus dan 25.000 kematian. 

Terparah pernah menimpa Afrika bagian Sahara dan sekitarnya selama satu abad.

Angka kematiannya sampai 100 hingga 800 kasus dari 100 ribu orang yang terinfeksi meningitis.

Baca Juga: Wali Kota Tewas Ditembak Setelah Terapkan Lockdown Untuk Cegah Penyebaran Covid-19 Di Indonesia sendiri, menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, pada 2010 jumlah kasus meningitis terjadi pada laki-laki mencapai 12.010 pasien, pada wanita sekitar 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien yang meninggal dunia sebesar 1.025.

Di RSUD Dr. Soetomo pada 2010 terdapat, melansir Tirto.id (17 Maret 2017), 40 pasien didiagnosis meningitis.

Sebanyak 60 persen laki-laki dan 40 persen wanita.

Dari angka itu, dilaporkan 7 pasien meninggal dunia. Pada tahun 2011, dilaporkan ada 36 pasien didiagnosis meningitis.

Sekitar 67 persenpasien laki-laki dan sekitar 33 persen wanita. Sebelas di antaranya meninggal dunia.

Pertanyaannya, walau data dan faktanya banyak yang bisa disembuhkan, tapi kenapa kasus kematiannya masih tinggi, salah satunya musisi Glenn Fredly yang menjadi korban.

Baca Juga: Berantas Stunting: Catat! Penting Ketahui Gejala Stunting Sejak Dini, Agar Anak Tak Tumbuh Kerdil

Baca Juga: Penularan Meningitis yang Mesti Diwaspadai, Infeksi Yang Dialami Glenn Fredly

Jawabannya, dalam banyak kasus, infeksi hanya dikonfirmasikan setelah pasien mengalami ruam yang terlihat, pada titik mana penyakitnya sering sangat berbahaya dan sudah terlambat untuk pengobatan efektif.

Penting diketahui, melansir news-medical.net (30 Agustus 2017), standar emas NHS (kultur darah) yang saat ini digunakan untuk mendiagnosis infeksi meningitis membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk memberikan hasil.

Karena tidak ada tes cepat, dokter bertindak harus ekstra hati-hati ketika berhadapan dengan kasus yang dicurigai meningitis.

Nah, karena hal tersebutlah setiap kasus penyakit meningokokus ini, seringkali kurang tepat terapi obatnya.

Baca Juga: Dari Anies Baswedan Untuk Ojol Selama PSBB Diberlakukan di Jakarta

Itu beralasan, sebab dalam penanganan kasus meningitis yang belum bisa ditegakan diagnosanya, dokter serba salah. Diberi obat salah tidakTr diberi obat semakin salah.

“Jika kami menduga seseorang mengalami septikemia meningokokus, dokter akan segera memberikan pengobatan antibiotik. Ini dilakukan karena, jika menunggu beberapa hari untuk memastikan diagnosa dari hasil tes, mungkin sudah terlambat, dan kami berisiko kehilangan pasien,” jelas Mike Shields, Konsultan Dokter Anak di Rumah Sakit Royal Belfast.

Dalam studi dua tahun, masih dari news-medical.net, para peneliti menggunakan standar emas NHS dan tes LAMP untuk mendiagnosa pasien.

Tes LAMP sama akuratnya dengan tes standar. Itu juga mengembalikan hasil dalam sepersekian dari waktu tes standar lakukan.

Baca Juga: Misteri Penyebab Meninggalnya Glenn Fredly, Miningitis, Ginjal, atau Masalah Pencernaan dan Diet Vegetariannya?

Baca Juga: 6 Cara Ini Bisa Hindari Sembelit di Saat Bulan Puasa Ramadan

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji kepraktisan penggunaannya di lingkungan rumah sakit.

Tom Waterfield, yang memimpin studi penelitian baru di Universitas Queen bekerja sama dengan Pediatric Emergency Research UK dan jaringan Irlandia, mengatakan;

“Kami sekarang membutuhkan basis bukti untuk mengkonfirmasi apakah layak bagi dokter untuk melakukan tes ini sebagai bagian dari peran mereka sebelum keputusan diagnosa ditegakan. Sebagai bagian dari penelitian ini, kami akan mengevaluasi kelayakan dokter menggunakan tes LAMP di rumah sakit, dengan menilai setiap hambatan potensial dan kemudahan penggunaan."

Rob Dawson dari Meningitis Research Foundation, mengatakan "Ada kebutuhan mendesak untuk pengembangan di bidang ini, dan kami berharap dapat melihat bagaimana tes ini bisa bekerja di rumah sakit."(*)

Baca Juga: Dokter RSUD Garut Sarankan Stop Hubungan Intim Selama Pandemi Covid-19

#berantasstunting

#HadapiCorona