Find Us On Social Media :

Cerita Tragis Tenaga Medis di Pekalongan, Menjadi ODP Corona Gegara Pasien dan Keluarganya Tak Jujur

Para tenaga medis menjadi ODP setelah pasien tidak jujur.

GridHEALTH.id - Berawal dari ketidakjujuran seorang pasien, para pekerja di rumah sakit harus rela menjadi ODP (Orang Dalam Pemantauan) corona.

Alhasil mereka pun harus mengisolasi diri selama 14 hari disaat rumah sakit membutuhkan banyak tenaga medis karena virus corona (Covid-19) yang semakin mewabah, dan banyak masyarakat menjadi korban.

Itulah tulisan dr. Hayati Salma yang dibagikan oleh akun Facebook Wien Tatik, Kamis (9/4/2020).

dr. Hayati Salma sendiri merupakan seorang dokter yang disebut menjadi salah satu dari para ODP yang bertugas di RSUD keraton Pekalongan.

Menurut postingan tersebut, cerita berawal ketika seorang pasien rujukan dari rumah sakit swasta datang ke tempat dr. Hayati bekerja.

Baca Juga: Virus Corona Sudah Masuk Kerajaan Arab Saudi, Raja Salman Diasingkan

Baca Juga: Sakit Perut Bisa Disembuhkan dengan Puasa, Mitos atau Fakta?

Diketahui pasien tersebut datang mengalami cedera kepala disertai patah tulang terbuka.

Ketika datang pasien disambut sekuriti dan perawat yang bertugas. 

Mereka dengan sigap menahan tubuh pasien yang sedang gelisah akibat kecelakaan.

Darah berceceran walaupun sudah di-hecting situasi akibat gerakan yang tidak terkontrol dari pasien.

Spalk yang terpasang tak tentu letaknya, bergeser dan turun dari posisi semula.

Baca Juga: Deteksi Dini Gejala Meningitis dan Septicaemia, Bisa Membunuh Penderitanya Hanya Dalam Hitungan Jam

Pasien juga muntah dan meludah ke segala arah. Alhasil semua ikut membantu dengan APD standar yang biasa dikenakan, masker dan handscoon tanpa hazmat dan google.

Setelah difiksasi dan diberikan obat, pasien lebih terkontrol. Gangguan pada kepala sangat mempengaruhi tingkah laku, apalagi perdarahan di otak.

Sebagai dokter jaga, dr. Hayati coba melakukan primary survey dan secondary survey agar tak terlewat kondisi pasien yang setengah sadar ini.

Baca Juga: Bulan Puasa Waktu yang Tepat Untuk Perbaiki Sistem Pencernaan Tubuh

Dilakukan juga screening awal Covid-19, hasilnya tidak ada kecurigaan ke arah sana.

Namun ia kembali ingin memastikan dengan memanggil istri pasien untuk dimintai keterangan.

"Bapak kecelakaan dimana Bu? Naik apa? Dari luar kota tidak? Pekerjaan Bapak, apa? Ada keluarga yang baru pulang dari luar kota? Bapak batuk, demam sesak nafas tidak sebelum kecelakaan?" tanya dr. Hayati.

Akan tetapi dengan yakin daftar pertanyaan itu semuanya disangkal, bahkan menjamin bukan ODP apalagi PDP.

Baca Juga: Berantas Stunting; Anak Cerdas Dipengaruhi Asupan Gizi yang Baik

Baca Juga: 10 Bantuan yang Diberikan Pemerintah Indonesia Selama Pandemi Covid-19 untuk Rakyat

Hasil lab dan rontgen dari RS rujukan yang diterinya pun tidak ada yang mencurigakan kecuali nilai limfosit yang turun drastis dan sedikit suram di kedua lapang paru.

Perdarahan dari patah tulang terbuka yang belum juga berhenti membuat dr. Hayati memutuskan untuk konsultasi ke dokter spesialis ortopedi.

Operasi pun dilakukan dan berjalan lancar, kesadaran pasien mulai membaik.

Baca Juga: Meningitis Seperti Dialami Glenn Fredly Banyak yang Bisa Disembuhkan, Tapi Dokter Mengaku Serba Salah Menangani Pasien

Tak lama berselang, hasil lab dan Rontgen ulang mengejutkan para tenaga medis disana.

Ternyata pasien tersebut suspect PDP corona Covid-19.

Keluarga pasien pun kembali dipanggil dan dimohon untuk memberikan keterangan jujur.

Sampai akhirnya sang istri mengakui bahwa adik pasien baru pulang dari Jakarta dan sempat bertemu dengan pasien beberapa kali sebelum kecelakaan terjadi.

Rapid test pun dilakukan dan menunjukan pasien tersebut memang positif virus corona.

Baca Juga: Rambut Pendek Kebal Kutu Rambut? Ini Dia 5 Mitos Kutu Rambut yang Masih Dipercaya

Baca Juga: Virus Corona Sudah Masuk Kerajaan Arab Saudi, Raja Salman Diasingkan

Alhasil petugas disana pun terkejut baik itu sekuriti, perawat, dokter jaga, dokter spesialis, penata anestesi dan cleaning service semua harus menerima ditetapkan sebagai ODP.

Karantina pun diberlakukan bagi pasien dan para petugas yang saat itu ada disitu dan yang menangani pasien tersebut.

Melihat cerita ini tentu bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk selalu jujur dalam melakukan pemeriksaan kesehatan.

Sebab kerugian tidak hanya akan dialami oleh pasien sendiri tapi juga orang disekitarnya.

Sekarang para tenaga medis tersebut untuk selama 14 hari tidak bisa melayani pasien.

Bayangkan bagaimana jika banyak tenaga medis yang mengalami hal tersebut, akibat ketidak jujuran pasien dan keluarga.(*)

Baca Juga: Merasa Tanpa Gejala Covid-19 Wanita Ini Menolak Karantina, Akibatnya Sang Ibu Jadi Korban

 #berantasstunting

#hadapicorona