GridHEALTH.id - Para ahli terus berpacu dengan waktu untuk menemukan vaksin dan obat virus corona (Covid-19) yang semakin mewabah di segala penjuru dunia.
Diketahui menurut laporan worldometers.info/coronavirus hingga Minggu (12/4/2020) saja tercatat 1.780.657 kasus Covid-19 di seluruh dunia.
Dimana 108.837 diantaranya telah dinyatakan meninggal dunia.
Terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah menguji coba efektivitas beberapa obat untuk mengobati pasien Covid-19 di Malaysia.
Lantas, bagaimanakah kelanjutan para ahli tersebut dalam menguji coba obat untuk Covid-19 tersebut?
Melansir South China Morning Post via Intisari (12/4/2020), ada kabar menggembirakan terkait uji coba obat untuk mengatasi virus corona.
Dimana salah satu obat yang diuji coba oleh WHO yakni obat bernama Remdesivir mampu meningkatkan kondisi pasien Covid-19 yang dalam kondisi parah.
Baca Juga: Cara Covid-19 Membunuh Korbannya, Paru-paru Membiru Sampai Tak Berfungsi
Baca Juga: Update Covid-19; Pemkot Makassar Terapkan PSBK di 4 Kecamatan, Ada 105 Kasus
Dilaporkan dua dari tiga pasien Covid-19 dengan kondisi parah mengalami peningkatan kondisi setelah menerima pengobatan Remdesivir tersebut.
Obat yang awalnya digunakan untuk mengobati sakit Ebola tersebut dinilai memiliki kualitas menangkal virus.
Sementara itu, dalam penelitian dipublikasikan di New England Journal of Medicine Sabtu kemarin, Gilead Science selaku perusahaan farmasi yang mengembangkan obat remdesivir mengatakan pengujian klinis telah dilakukan kepada 53 pasien.
Baca Juga: Sakit Hati Lantaran Jenazah Tenaga Medis di Tolak, Ini yang Dilakukan Gubernur Jateng
Observasi ini akhirnya menunjukkan hasil yang membahagiakan.
Gilead Sciences awalnya melakukan uji coba obat tersebut ke negara Amerika Serikat, Eropa dan Kanada serta Jepang.
22 pasien dari Amerika, 22 di Eropa dan Kanada serta 9 di Jepang.
Mereka menerima 200 mg injeksi Remdesivir pada hari pertama, diikuti dengan 100 mg Remdesivir setiap hari selama pengobatan 9 hari.
Hasilnya peneliti mengatakan selama pertengahan waktu dalam 18 hari, 36 pasien yang harus dibantu pernapasannya telah membaik.
Termasuk 17 dari 30 pasien yang menerima ventilator.
Selanjutnya, total 25 pasien telah dipulangkan.
Meski begitu, ada tujuh pasien yang meninggal dan satu kondisinya makin memburuk.
Termasuk di antara mereka 6 dari 34 pasien yang menerima ventilator dan 1 dari 19 pasien tanpa ventilator.
Studi tunjukkan 32 pasien laporkan gejala sebagian besar seperti peningkatan enzim hepatik, diare, muncul ruam dan hipotensi (tekanan darah rendah).
Gejala ini lebih umum pada di pasien yang menerima ventilator untuk bernapas.
Dua belas dari mereka mengalami gejala ini ditambah sindrom malfungsi organ, cedera ginjal parah dan hipotensi lagi.
Meski menunjukkan hasil yang menggembirakan, peneliti mengakui adanya batasan dalam penelitiannya seperti jumlah sampel yang sedikit dan waktunya terbilang pendek.
Apalagi sampai saat ini obat remdesivir belum disetujui WHO untuk dijual bebas di negara manapun.
Untuk itu, Gilead Sciences saat ini sedang melakukan fase penelitian kedua dari tiga fase di area yang jumlah kasus Covid-19 tinggi seperti Amerika, Eropa dan Asia.
Mereka bertujuan untuk mendapatkan jawaban terkait pengobatan ini dalam waktu yang dipendekkan dari 10 hari menjadi 5 hari.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona