Baca Juga: 3 Hoaks Cara Mengobati Covid-19, Satu Anak Sehat Meninggal Karenanya dan 1000 Oranglainnya Kritis
Untuk gerak fisik saat beraktivitas, dr. Okta menceritakan dirinya dan dr. Hilda, “Mengenakan baju berlapis-lapis. Sebelum megenakan hazmat suit, pakai baju biasa terlebih dahulu, lalu mengenakan baju bedah. Baru pakai hazmat suit dan sepatu boots.”
Jadi memang, lanjut dr. Okta, untuk aktivitas normal merepotkan, tetapi sejauh ini para dokter yang bertugas, termasuk dirinya, bisa mengatasinya sebisa mungkin supaya bisa bertugas dengan baik merawat pasien. Hal itu terus dilakukannya selama bertugas, 8 jam.
Selama rentang waktu itu, dr. Okta dan rekan-rekannya semaksimal mungkin untuk tidak makan, tidak minum, juga tidak buang air kecil.
Hilda membenarkan apa yang disampaikan dr. Okta. Menurutnya, selama mengenakan APD, tenaga medis yang bertugas tidak akan bisa melakukan aktivitas kebutuhan dasar, seperti makan, minum, dan buang air.
“Tapi masing-masing nakes punya solusi. Kalau saya, biasanya makan dan minum saat menjelang menggunakan APD. Begitu juga dengan buang air kecil. Sehingga setelah pakai APD kami tidak terganggu dengan kebutuhan dasar tersebut,” jelas dr. Hilda.
Baca Juga: Dianjurkan dalam Agama, Haruskah Buka Puasa dengan Makanan dan Minuman Manis?
“Kalau sudah tidak tertahan lagi, seperti ingin buang air kecil atau buang air besar, kami diperbolehkan ganti APD. Tapi sebenarnya, ini sudah komitmen kami (untuk menahan -RED.),” tutur dr. Okta menambahkan.
Alasannya sederhana. “Untuk APD, walaupun di sini lengkap, tapi kita tahu APD medis sekarang barang langka,” jelasnya.
Itu sebabnya dr. Okta dan tenaga kesehatan perempuan lainnya memiliki komitmen untuk tetap menggunakan satu APD dalam satu kali shift kerja. Tujuannya satu, menghemat APD yang sekali pakai.