Komitmen tersebut, satu APD dalam satu kali shift kerja, termasuk saat datang bulan alias haid.
Setiap haid, dr. Okta juga Tenaga Kesehatan (Nakes) lainnya, mencari akal sebisa mungkin supaya siklus bulanan wanita tersebut tidak menghambat pekerjaan merawat pasien Covid-19.
“Solusinya, lima menit sebelum pakai hazmat, kami ganti pembalut. Pakai pembalut yang benar-benar paling panjang. Yang ukurannya 35 cm,” jelas dr. Okta.
Jadi, para nakes wanita saat datang bulan harus rela bertahan dengan satu pembalut selama 8 jam. Usai jam kerja baru ganti pembalut.
“Sudah penuh banget, tapi mau gimana lagi? Daripada harus bolak-balik ganti pembalut, jadinya ditahan saja sampai 8 jam,” ucap dr. Okta dengan tegar.
Baca Juga: Cara Tepat dan Aman Mengobati Luka Bakar Pada Anak, Jangan Gunakan Pasta dan Mentega
Hal itu pun dilakukan dr. Hilda saat mengalami haid. “Sebelum gunakan APD, kami ganti pembalut baru dengan ukuran besar, dan kami pakai sampai tugas selesai, baru bisa ganti (lagi).”
Menurut dr. Hilda, bertahan menggunakan pembalut yang sama dalam jangka waktu selama itu bukan hal yang nyaman. Dan jelas bisa memengaruhi mood.
Namun, dr. Hilda memaksa dirinya untuk mengesampingkan semua ketidaknyamanan tersebut. Demi “perang” yang lebih penting, melawan corona.
Saat ditanya, sudah coba pembalut yang berbentuk celana dalam dan anti bocor, juga jangka waktu pakainya lama, “Saya juga belum pernah coba pembalut seperti celana dalam, mungkin lebih comfortable kali, ya? Jadi kalau beraktivitas, seperti jalan dan turun naik lift untuk periksa pasien, mungkin akan lebih nyaman,” papar dr. Okta.
Baca Juga: Menu Buka Puasa Ibu Hamil, Utama Minum dan Buah-buahan, Lalu Makanan Manis juga Asin