Find Us On Social Media :

Waspada Bahaya Depresi Pada Penderita Stroke, Seorang Ayah Nekat Bacok Anak Diduga Depresi Karena Stroke

Ilustrasi seorang pria menderita stroke

GridHEALTH.id - Seorang pria berinisial SA (65) secara tiba-tiba melukai anak kandungnya sendiri berinisial FZ (45) dengan senjata tajam di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (28/5/2020) malam.

"Akibat penganiayaan tersebut, korban mengalami luka di bagian kiri kepala dan dijahit sebanyak 15 jahitan," kata Kapolresta Pontianak Kombes Pol Komarudin, seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (29/5/2020).

Baca Juga: Emak-emak Ini Tega Bacok Anaknya Sendiri Yang Sedang Tidur Lantaran Dilarang Mudik Saat Pandemi Covid-19

Tak hanya itu, SA yang hendak diamankan warga, juga melukai dirinya sendiri sehingga mengakibatkan luka dan dijahit dengan enam jahitan.

Terkait peristiwa tersebut, Komarudin mengatakan, baik pelaku maupun korban tidak mengalami perselisihan. Namun pelaku diduga depresi karena telah lama menderita penyakit stroke.

"Hanya saja pelaku diketahui sedang mengalami depresi karena sakit stroke yang sudah lama dialami dan pelaku jarang mau keluar dari kamarnya,” ujar Komarudin.

Baca Juga: Keluarga Tenaga Medis Kena Bacok, Korban Merayap untuk Minta Tolong dengan Kondisi Berlumur Darah

 Umumnya, depresi bisa terjadi karena berbagai alasan, misalnya perubahan gaya hidup seperti kepindahan atau kematian orang yang dicintai.

Orang yang merasa kelelahan dengan dipenuhi kesedihan dan kesepian juga bisa mengalami depresi.

Baca Juga: 6 Masalah Kesehatan yang Bisa Terjadi Jika Tidur Berlebihan, Salah Satunya Depresi

Bahkan, beberapa orang mengalami depresi selama penyakit medis serius, seperti halnya penderita stroke.

Dilansir dari Stroke.org, depresi adalah pengalaman umum bagi penderita stroke. Ini sering disebabkan oleh perubahan biokimia di otak.

Ketika otak terluka, penderita mungkin tidak dapat merasakan emosi positif, sehingga menyebabkan depresi.

Selain itu, depresi juga bisa menjadi reaksi psikologis normal terhadap kerugian akibat stroke. 

Baca Juga: 6 Tanda Dini Serangan Stroke, Tekanan Darah Tinggi Salah Satunya

Penderita stroke mungkin mengalami depresi jika merasa sedih yang dialami lebih dari dua minggu. 

Mereka kemungkinan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati, kurang energi, sulit tidur, atau tidur lebih dari biasanya.

Dikutip dari Stroke Foundation, mengalami stroke adalah peristiwa yang mengubah hidup.

Kondisi itu bisa mengubah perasaan tentang diri sendiri dan membuat khawatir tentang masa depan.

Dampak stroke pada otak juga dapat menyebabkan perubahan kepribadian, suasana hati dan emosi. Oleh karenanya ada hubungan kuat antara stroke, depresi dan kecemasan.

Baca Juga: 10 Manfaat Mengonsumsi Cokelat, Salah Satunya Bisa Cegah Depresi!

Satu dari tiga orang mengalami depresi di beberapa titik selama lima tahun setelah stroke mereka.

Depresi paling sering terjadi pada tahun pertama setelah stroke, tetapi itu bisa terjadi kapan saja.

Depresi berbeda dari fluktuasi suasana hati yang biasa. Depresi menimbulkan perasaan sedih yang berkelanjutan selama dua minggu atau lebih.

Orang yang mengalami depresi cenderung mengganggu aktivitas dan kemampuannya, seperti halnya di tempat kerja, sekolah, atau di rumah.

Baca Juga: 1 dari 9 Wanita Mengalami 3 Jenis Depresi yang Rentan Dialami Ibu Pasca Melahirkan

Menurut World Health Organization (WHO), pada 2012, secara global, lebih dari 350 juta orang mengalami depresi, gangguan mental yang menghalangi orang untuk berfungsi dengan baik.

Namun, dikarenakan stigma yang sering masih melekat pada depresi, sehingga banyak yang enggan mengakui bahwa mereka sakit dan tidak mencari perawatan lebih lanjut.

Baca Juga: Waspada Post-Holiday Syndrome, Depresi Pasca Liburan yang Bisa Munculkan Gangguan Emosi

Perawatan yang efektif termasuk perawatan psikososial dan pengobatan. Langkah pertama adalah mengenali depresi dan mencari dukungan.

Semakin dini perawatan dimulai, maka depresi bisa ditangani dengan cepat.

Baca Juga: Alasan Ilmiah Mengapa Kecanduan Gula dan Bagaimana Cara Mengendalikan

“Kami memiliki beberapa perawatan yang sangat efektif untuk depresi.

Sayangnya, kurang dari setengah orang yang mengalami depresi menerima perawatan yang mereka butuhkan. Faktanya di banyak negara ini kurang dari 10%,” kata Dr Shekhar Saxena, Direktur Departemen Kesehatan Mental dan Penyalahgunaan Zat.(*)

#berantasstunting #hadapicorona