GridHEALTH.id - Zita Anjani selaku Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta baru-baru ini menyatakan bahwa anak-anak mengalami stres lantaran terlalu lama belajar dari rumah usai pemerintah menetapkan aturan itu sejak Maret lalu.
“Anak-anak sudah stres, sehingga perkembangan emosional dan sosialnya terganggu. Saya pendidik, ikatan batin saya dengan anak-anak rasanya sangat kuat,” kata Zita, seperti dikutip dari Tribunnews, Senin (1/6/2020).
Mengetahui kabar ini, para orangtua murid pun tampak banyak yang tidak setuju dengan perkataan yang disebutkan Zita.
Pasalnya, orangtua murid merasa bahwa anak mereka tidak mengalami stres, justru mereka merasa khawatir anak mereka terinfeksi virus corona apabila anak-anak kembali ke sekolah.
"Anaknya ibu kali yg stress, lagi pandemi kok ngotot sekolah harus di buka. Klu anak tertular di sekolah ibu mw tanggung jawab???" tulis salah seorang warganet dalam komentar.
Baca Juga: Kasus Infeksi di Sekolah Kembali Terjadi Setelah Diaktifkan, DKI Jakarta Juli Sekolah Kembali Dibuka
Adapun orangtua murid lainnya yang berkomentar telah memberikan edukasi kepada anak soal pandemi Covid-19 saat ini, sehingga anak pun memahaminya dan tidak mengalami stres.
"Alhamdulillah anak saya biasa aja, sy sering komunikasi dgn mereka jadi yakin mereka gak stres. Klo sekolah skrg saat pertambahan pasien positif per hari masih tinggi itu yg bikin stres." ujar seorang warganet.
Bahkan, tak sedikit pula orangtua murid yang protes atas ucapan putri dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas).
Salah seorang warganet mengatakan hal yang diutarakan Zita Anjani adalah hal yang menyesatkan. Dia pun menduga anak yang mengalami stres karena terlalu lama belajar dari rumah ialah anak dari Zita sendiri.
"Kapan maju ni negara bu klo dprd isi nya org2 kaya ibu yg idenya dari kemarin2 gak ada yg realistis cenderung ngawur asal cuap2 aja apa jangan2 anak anda ya bu yang stress dirumah atau terlebih anda yg stress krn ada anak dirumah bu" ujar warganet.
Warganet lainnya pun menyatakan hal serupa. Bahkan, dia menyebutkan lebih rela anak tinggal kelas daripada keselamatannya terancam jika kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19 kembali di lakukan di sekolah.
Baca Juga: Nekat Mengaktifkan Kembali Sekolah Saat Pandemi Covid-19, Ini Contohnya yang Menelan Korban
"Wow... wow.... wow.... politisi muda tp sok blagu, qw jg punya anak kls 8 dan kls 4, qw pilih anak qw tdk naik kelas di th ini daripada qw kuwatir dgn kesehatan dan keselamatan anak, belajar tdk hrs di sekolah, qw mengikuti tiap hari kegiatan belajar mengajar scr online qw menilai cukup bagus dlm situasi skrg ini, klu jani ingin anak nya msk sekolah suruh sekolah sendiri di ajar sendiri jg." papar dia.
Stres memang tak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalami stres.
Stres pada anak bisa datang dari berbagai sumber, misalnya prestasi di sekolah, menjalin pertemanan, atau mengelola harapan yang dirasakan dari orang tua, guru, atau pelatih mereka.
Namun, para orangtua terkadang tidak menyadari ketika anak-anak atau remaja mereka mengalami perasaan stres.
Menurut American Psychological Association berikut beberapa cara mengenali tanda-tanda stres pada anak yang mungkin terjadi:
Perhatikan perubahan perilaku negatif anak
Bagi anak-anak, stres dapat memanifestasikan dirinya melalui perubahan perilaku, seperti mudah marah atau murung, menarik diri dari kegiatan menyenangkan, sering mengungkapkan kekhawatiran, mengeluh lebih dari biasanya tentang sekolah.
Anak juga sering kali menampilkan reaksi ketakutan yang mengejutkan, melekat pada orang tua atau guru, nafsu makan dan tidur yang berubah dari biasanya.
Sementara pada remaja, ditandai dengan menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman sebaya, menghindari orang tua, mengekspresikan permusuhan berlebihan terhadap anggota keluarga, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Di Amerika Serikat Mulai Muncul Sindrom Berbahaya Pada Anak-anak Terkait Covid-19
1. Pahami bahwa "merasa sakit" mungkin disebabkan oleh stres
Stres dapat muncul dalam gejala fisik seperti sakit perut dan sakit kepala. Jika anak sering mengeluh sakit dan jika keluhan ini meningkat dalam situasi tertentu (misalnya, sebelum ujian besar) kemungkinan anak mengalami stres.
2. Sadari bagaimana anak atau remaja berinteraksi dengan orang lain
Terkadang anak cenderung tampak seperti dirinya yang biasa di rumah, tetapi bersikap tidak biasa di lingkungan lain, maka penting bagi orang tua untuk berjejaring satu sama lain sehingga mereka dapat mengetahui kondisi anak di dunia sekitar mereka.
Baca Juga: Usai 3 Bulan Ditutup, Anak-anak di Vietnam Senang Bisa Kembali Sekolah
Selain berkomunikasi dengan orang tua lain, berhubungan dengan guru dan pihak lainnya di sekolah dapat membantu orang tua memanfaatkan pemikiran, perasaan, dan perilaku anak mereka.
3. Dengarkan dan pahami anak
Anak-anak sering tidak akrab dengan kata stres, mereka mungkin mengekspresikan perasaan tertekan melalui kata-kata lain seperti khawatir, bingung, kesal, dan marah.
Anak juga cenderung mengungkapkan perasaan stres dengan mengatakan hal-hal negatif tentang diri mereka sendiri, orang lain, atau dunia di sekitar mereka.
Baca Juga: Spanyol Perpanjang Lockdown, Anak-Anak Diizinkan Keluar Rumah
Penting bagi orang tua untuk mendengarkan kata-kata atau pernyataan ini dan mencoba mencari tahu mengapa anak mengatakannya, dan apakah mereka menunjukkan sumber stres.
4. Mencari dukungan
Baik orangtua maupun anak-anak tidak selalu dapat mengatasi sendiri stres yang luar biasa. Jika orangtua khawatir bahwa anak mengalami gejala stres yang signifikan secara teratur dan kesulitan mengatasinya, maka dapat menghubungi profesional kesehatan mental, seperti psikolog.
Baca Juga: Jangan Anggap Remeh, Lupa Hari selama WFH Bisa Jadi Tanda Stres Akibat Pandemi Corona
Psikolog memiliki pelatihan khusus untuk membantu orang mengidentifikasi masalah dan mengembangkan strategi yang efektif untuk mengatasi perasaan stres yang luar biasa.(*)
#berantasstunting #hadapicorona