GridHEALTH.id - Salah satu komplikasi diabetes adalah terjadinya kerusakan ginjal atau disebut nefropati diabetik, yang dapat menyebabkan gagal ginjal terminal sehingga penderita perlu menjalani cuci darah (hemodialisa) atau cangkok ginjal.
Nefropati diabetik, ditandai dengan kerusakan glomerulus ginjal, yaitu bagian ginjal yang berfungsi sebagai alat penyaring.
Gangguan pada glomerulus ginjal dapat menyebabkan lolosnya albumin (salah satu jenis protein) ke dalam urine (kencing). Karena itu, adanya albumin di dalam urine (disebut albuminuria) merupakan penanda terjadinya nefropati diabetik.
Tahap paling awal terjadinya nefropati diabetik ditandai dengan mikroalbuminuria, yaitu ditemukannya sejumlah kecil protein albumin di dalam urine.
Albuminuria merupakan penyakit yang disebabkan terlalu banyaknya kadar protein dalam urine. Kondisi ini terkadang disebut juga sebagai “mikroalbuminuria” yang menunjukkan tingkat yang sedikit lebih tinggi protein dalam urine. Proteinuria yang terbuka atau “makroalbuminuria” menunjukkan lebih dari 300mg albumin dalam urine per hari.
Baca Juga: BPJS Tekor, Ini 2 Penyakit yang Paling Boros Habiskan Anggaran
Baca Juga: Dokter di China yang Kulitnya Menghitam Akibat Virus Corona Akhirnya Meninggal Dunia
Mikroalbuminuria merupakan penanda adanya gangguan pada glomerulus ginjal stadium dini, dimana gangguan ginjal masih dapat diobati.
Sementara, bila telah terjadi gagal ginjal, pengobatan sulit dilakukan. Selain itu, mikroalbuminuria ini juga dapat mempertinggi risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Albuminuria yang terus menerus terjadi menunjukkan bahwa ginjal mengalami kerusakan dan mulai mengeluarkan albumin atau protein ke dalam urine.
Bila dalam beberapa minggu terdapat dua kali tes yang menyatakan bahwa urinee positif mengandung albumin berarti didindikasikan mengalami albuminuria tetap yakni tanda awal penyakit ginjal diabetes.
Penyebab albuminuria lainnya adalah tekanan darah tinggi, gagal jantung kongesti, sindrom metabolik, atau kerusakan ginjal dari sindrom nefrotik.
Meskipun tidak mengalami penyakit ini, urine yang mengandung albumin lebih tinggi dari normal berisiko menyebabkan penyakit jantung.
Pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis lainnya kemungkinan besar dapat mengembangkan albuminuria yang lebih cepat dari penyakit ginjal kronis dan kemungkinan besar bahwa mengalami gagal ginjal.
Sekitar 8% orang dewasa memiliki mikroalbuminuria (yaitu ekskresi 30 sampai 300 mg albumin per 24 jam) dan 1 persen memiliki makroalbuminuria (yaitu ekskresi lebih dari 300 mg albumin per 24 jam).
Baca Juga: 7 Cara Praktis dan Hemat Ini Untuk Menangkal Keriput di Wajah
Baca Juga: Ini Akibatnya Kalau Membiarkan Gigi Berlubang Tak Segera Diobati
Baca Juga: Hindari Dampak Interaksi Obat dan Makanan, Minum Obat Ada Aturannya
Albuminuria terdeteksi pada satu dari setiap tiga orang dengan diabetes, satu dari setiap tujuh orang dengan tekanan darah tinggi yang tidak menderita diabetes, dan satu dari setiap enam orang yang lebih tua dari 60 tahun.
Semua orang dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang berusia antara 12 hingga 70 tahun harus menjalani tes urine untuk albuminuria setidaknya sekali setahun.
Saat ini skrining albuminuria disarankan bagi pasien yang memiliki risiko penyakit ginjal kronis, termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit sistemik, yang berusia lebih dari 60 tahun, dan memiliki riwayat keluarga penyakit ginjal kronis. Jika hasilnya positif maka harus dipastikan dengan tes urine kedua.
Beberapa kondisi lain seperti tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan albuminuria. Tes juga akan menunjukkan hasil yang positif bila dilakukan selama menderita penyakit, olahraga berat, infeksi saluran kemih. Orang yang memiliki kebiasaan merokok juga dapat memiliki tes positif.
Jadi, dengan mendeteksi terjadinya mikroalbuminuria maka dapat dideteksi dini terjadinya nefropati diabetik dan dapat memperkirakan risiko penyakit kardiovaskuler.
Penderita diabetes yang mengalami mikroalbuminuria menetap akan berisiko mengalami kerusakan ginjal serius (50% pasien cuci darah adalah penderita diabetes melitus).
Baca Juga: Nyeri Punggung Saat Hamil? Mungkin Akibat Posisi Tidur Tidak Tepat
Baca Juga: Minum Obat Tanpa Air Seperti Pil, Benarkah Mengganggu Efektivitasnya?
Oleh karena itu, mengetahui lebih dini adanya mikroalbuminuria merupakan langkah awal yang baik dalam usaha untuk mempertahankan fungsi ginjal dan menghambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut. (*)
#berantasstunting #hadapicorona