Kelemahan yang mungkin dalam penelitian ini adalah bahwa keluarga yang diteliti mungkin tidak mewakili populasi Belanda yang lebih luas.
Peserta dipilih dari keluarga yang diidentifikasi dengan tes positif dari 23 Maret hingga 16 April, periode ketika hanya orang yang sakit parah dengan dugaan kasus COVID-19 dan petugas layanan kesehatan sedang diuji di Belanda.
Sementara menurut Dr Malik Peiris, ketua virologi di University of Hong Kong, anak-anak tidak kebal terhadap virus corona Wuhan. Namun, ketika mereka terinfeksi, gejala yang mereka alami cenderung ringan sehingga luput dari pemantauan ahli.
John Williams, pakar penyakit menular anak di University of Pittsburgh Medical Center mengatakan, infeksi tanpa gejala adalah hal yang umum pada anak, terjadi pada 10-13% kasus.
Sebuah riset yang terbit bulan Mei di JAMA Pediatrics, mengungkap bahwa anak-anak dan remaja memiliki risiko lebih besar untuk mengalami komplikasi dan kondisi yang parah jika terpapar Covid-19.
Baca Juga: Studi, Pemberian Air Gula Saat Imunisasi Bisa Tenangkan Bayi
Baca Juga: Orangtua Wajib Tahu, ASI dan Suplemen Tak Dapat Menggantikan Imunisasi
Sementara itu, penelitian yang dilakukan sekelompok ilmuwan di Rutgers University, New Jersey itu mengungkap, anak-anak rentan mengalami kondisi parah terutama jika memiliki penyakit bawaan kronis, termasuk obesitas.