GridHEALTH.id - Di tengah pandemi virus corona yang sempat menjadikan Kota Surabaya sebagai zona hitam, membuat Wali Kota Tri Rismaharini bekerja ekstra demi menyelamatkan ribuan warganya dari Covid-19.
Diketahui, Wali Kota Risma telah bekerja keras menyelamatkan warga Kota Surabaya agar terbebas dari virus corona, dengan menghadirkan bilik desinfektan hingga berebut mobil PCR.
Kendati demikian, Wali Kota yang sempat berpamitan di Hari Jadi Kota Surabaya tersebut sempat dituding lambat dalam mengatasi pandemi tersebut.
Namun kini, kondisi Risma dikabarkan memburuk.
Baca Juga: 2 Bulan Dirawat Seorang Pria Merasa Bersalah Sembuh dari Covid-19, Ternyata Ini Alasannya
Wali Kota Surabaya ini terlihat pingsan saat memimpin rapat virtual penerapan protokol kesehatan bersama sejumlah komite sekolah menengah pertama (SMP) pada Minggu (14/6/2020).
Insiden pingsannya Wali Kota Risma ini dibenarkan oleh anak sulungnya, Fuad Bernadi.
Fuad mengaku tak tahu penyebab Risma hilang kesadaran hingga pingsan.
Namun, menurut Fuad, kondisi Risma telah membaik.
"Alhamdulillah sudah baikan kok. Aku kurang tahu kenapanya (Risma pingsan). Soalnya aku tadi pas enggak sama Ibu," kata Fuad saat dihubungi Kompas.com, Minggu malam.
Menurut Fuad, Risma dirawat di rumah dinas Wali Kota Surabaya di Jalan Sedap Malam, Surabaya.
"Penyebabnya kecapean saja, sekarang sudah baikan," kata dia.
Dalam sepekan terakhir, Risma memang rutin menggelar konferensi video dengan sejumlah pemangku kepentingan.
Baca Juga: Sering Ikut Video Call Selama WFH? Hati-hati Zoom Fatigue Bisa Mengintai, Begini Cara Meredakannya
Kelelahan saat melakukan video conference memang bisa saja terjadi selama pandemi Covid-29 yang mengharuskan para pekerja untuk melakukan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Kelelahan ini disebut juga dengan Zoom fatigue.
Menurut Gianpiero Petriglieri, seorang profesor di Insead, melakukan panggilan video membutuhkan lebih banyak fokus daripada obrolan tatap muka.
Obrolan video berarti perlu bekerja lebih keras untuk memproses isyarat non-verbal seperti ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh.
Tuntutan untuk lebih fokus ini mengonsumsi banyak energi.
"Anda tidak dapat bersantai, seperti ketika dalam percakapan tatap muka," katanya, dikutip dari Kompas.com.
Ada pula faktor lain, seperti jeda yang terjadi antar percakapan yang sering membuat seseorang baru merasakan lega bercampur pegal.
Satu studi tahun 2014 oleh akademisi Jerman menunjukkan bahwa keterlambatan telepon atau sistem konferensi membentuk pandangan kita terhadap orang-orang secara negatif.
Bahkan keterlambatan 1,2 detik membuat orang memandang responden sebagai kurang ramah atau kurang fokus.
Sementara itu, setahun yang lalu, kondisi kesehatan Wali Kota Risma juga sempat menurun.
Bahkan ia harus ditangani 15 dokter selama menjalani perawatan intensif di ICU RSUD Dr Soetomo.
Tim dokter itu antara lain, dokter anestesi, dokter paru-paru, dokter penyakit dalam, dokter mikrobiologi, dan dokter jantung untuk mengawal performa detak jantung. Di luar itu, juga terdapat dokter radiologi dan dokter patologi klinik.
Terlepas dari itu, pingsannya Risma juga bukan hanya ditengarai akibat kelelahan melakukan rapat saja.
Baca Juga: Bocah 8 Tahun yang Viral Karena Terinfeksi Covid-19 Sudah Sembuh, Diisolasi 37 Hari
Wali Kota Risma sempat melakukan blusukan ke beberapa rumah sakit untuk memberikan bantuan bagi petugas kebersihan rumah sakit. (*)
#hadapicorona