Find Us On Social Media :

Tangani Ratusan Pasien Covid-19 Sendirian, Dokter Ini Bertanya Kapan Insentif Tenaga Medis Turun

Dokter Sugih Wibowo di Maros, Sulawesi Selatan mengaku lelah melayani ratusan pasien virus corona sendirian dan menanyakan insentif yang dijanjikan.

Padahal inikan jelas berisiko. Saya ini harus selalu standby 24 jam, karena kan saya satu-satunya dokter. Mereka memang OTG, tapi banyak dari mereka yang stres, ada yang mau bunuh dirilah, ada yang keguguran, macam-macam. Itu semua harus ditangani oleh saya," terangnya. 

Sugih mengaku memang terbiasa bekerja 24 jam dan terjun ke lokasi bencana, Namun kali ini dia merasa dikorbankan. 

 

Dia menjelaskan di hotel lainnya, yang juga difungsikan sebagai tempat karantina pasien virus corona, jumlah dokter bisa mencapai 3 orang. Sehingga tiap dokter berjaga dengan sistem shift. 

"Itu yang buat saya tidak habis pikir. Padahal kan banyak dokter di Maros. Ini seolah saya dikorbankan, karena mereka bilang takut kalau ada kluster baru. Di hotel lain itu dokternya bisa sampai 3 orang dan shift-shift-an loh," sebutnya.

Selain kecewa, pria 37 tahun itu menceritakan dirinya terkadang hanya bisa meneteskan air mata saat menahan rindu kepada istri dan putranya yang berumur 3 bulan.

Selama ditugaskan di hotel itu, Sugih mengaku hanya bertemu beberapa jam saja dengan keluarga kecilnya. 

Baca Juga: Surabaya Bisa Jadi Wuhan, Dokter yang 'Curhat' Penanganan Covid-19 Malah Akan Diproses Kode Etik

Baca Juga: Angka Kanker Payudara Masih Tinggi Karena Banyak Perempuan Enggan Memeriksakan Diri

Baca Juga: Orang Dewasa Makan Hati Ayam, Amankah Bagi Kesehatan Tubuh?

"Saya ini punya bayi, kalau saya rindu, terkadang saya hanya bisa menangis. Bercampur semua rasa kecewa itu. Tapi saya harus tetap profesional. Di hadapan pasien, kami semua petugas medis tetap terlihat tegar. Padahal, kami ini jujur sudah sangat capek," jelas Sugih.