Find Us On Social Media :

Akibat Banyak Anggotanya yang Wafat Gara-gara Covid-19, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dihujat Warganet, Padahal Tenaga Medis Ini Banyak Tertular dari Pasien yang Tak Jujur

Sudah berjibaku menangani pasien virus corona dan kehilangan banyak anggota, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) masih pula dihujat warganet.

GridHEALTH.id - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) baru-baru ini mendapat hujatan beruntun dari netizen Indonesia dalam kolom komentar akun instagram resmi, @ikatandokterindonesia.

Pasalnya, mayoritas netizen merasa geram dengan kasus kematian tenaga kesehatan (Nakes) yang hampir tiap hari ada.

Terlebih, pertambahan kasus virus corona kembali pecah rekor dengan total 2.657 orang pada Kamis, 09 Juli 2020 kemarin.

Selama beberapa hari terakhir, unggahan terbaru IDI banyak dihiasi oleh berita duka kematian sejumlah tenaga kesehatan yang gugur di medan Covid.

Bahkan, diketahui kolom komentar di akun ini terakhir kali aktif pada 1 Juli 2020 dengan tiga unggahan PB IDI yang panen kritikan, sehingga bila ditotal akan ada ribuan komentar pedas yang masuk.

Beberapa di antara netizen itu ada yang memlesetkan kepanjangan IDI dengan kata lain yang bermakna negatif.

“Ikatan Dungu Indonesia…” tulis akun @kuntoro5588 dalam kolom komentar IDI. Sedangkan, akun @apoy.orasepele mengganti kepanjangan IDI menjadi ‘Ikatan Drakor Indonesia’.

Baca Juga: Ikatan Dokter Indonesia (IDI) : 'Kami Tetap Melayani, Meski Dalam Sebulan 12 Anggota Kami Jadi Korban'

Baca Juga: Banyak yang Tak Patuh Menerapkan Protokol Kesehatan Covid-19, Ini Kata Psikolog

Namun demikian, ada pula komentar yang memberi dukungan semangat untuk IDI.“Semangat dokter-dokter di Indonesia, semoga sehat selalu dan dalam lindungan-Nya…” tulis akun @taufik_rizzal dalam kolom komentar.

Atas panen hujatan itu, akun PB IDI baru update lagi 4 hari yang lalu dengan sejumlah berita duka, tetapi diiringi dengan menonaktifkan kolom komentar.

Hanya saja, penutupan kolom komentar di akun Instagram resmi PB IDI, tidak membuat kemarahan netizen mereda.

 

Secara kompak, mereka melampiaskan kritikan yang pedas ke sasaran lainnya yakni akun resmi WHO Indonesia di Instagram.

Kritikan yang disampaikan pun kurang lebih sama pedasnya. Ini dapat terlihat dengan tulisan komentar sebagai berikut:

“Juru Selamat Palsu” tulis akun _veryteen.id.

“Bagaimana Bisnis Menipu Seluruh Se-Indonesia, Lancar?” tulis akun ash.jun___

Sementara itu, berbeda dengan akun resmi PB IDI, hingga saat ini kolom komentar di akun resmi WHO Indonesia masih terlihat ada.

Mengutip Kompas.com (12/04/20). keterbatasan APD dan ketersebaran yang tidak merata ini menjadi ancaman serius para tenaga medis yang bekerja di garda terdepan ini.

Mereka yang bertemu langsung dengan pasien Covid-19 dihadapkan pada realita miris yang harus mereka terima. Lagi-lagi, semua demi menjalankan sumpah profesi yang tak boleh mereka abaikan. 

APD sangat dibutuhkan karena atribut itu berfungsi sebagai penghalang bahan infeksius seperti virus dan bakteri yang bisa saja menempel di kulit, mulut, hidung, atau selaput lendir mata para tenaga kesehatan.

 

Tidak hanya itu, APD ini pun digunakan untuk memblokir kontaminasi darah, cairan tubuh, dan sekresi pernapasan pasien Covid-19.

Lalu, kalau alat pelindungnya saja terbatas, dengan apa para tenaga medis ini berlindung? Makanya, jangan heran kalau banyak dari mereka yang menggunakan jas hujan bahkan galon.

 

Masalah lain yang dihadapi petugas medis di Indonesia dalam menangani kasus Covid-19 ini adalah sifat tidak jujur pasien. Ya, ini juga menjadi fakta yang mesti dijadikan pembelajaran bagi siapapun.

Baca Juga: Kulit Kering Xerosis Sering Menyerang Penderita Diabetes, Atasi Dengan Cara Ini

Baca Juga: Hati-hati, Ternyata Orang Kurus Bisa Kena Diabetes, Ini Gejalanya

Ternyata, masih banyak pasien tidak mau menjelaskan secara jujur kondisi kesehatan maupun riwayat hidupnya. Dalam situasi ini apakah kita tak sadar sangat membahayakan petugas medis yang merawat?

Jika pasien tidak jujur, misalnya dengan mengatakan tidak ada keluhan batuk atau telah lakukan perjalanan ke luar negeri, petugas medis tak akan memperlakukan kita sebagai ODP (Orang Dalam Pemantauan) maupun PDP (Pasien Dengan Pengawasan). 

Kalau sudah begini, dokter dan tenaga medis sangat rentan terpapar karena tidak menyadari telah merawat pasien namun tidak sesuai protokol Covid-19.

Baca Juga: 7 Tanda Tubuh Kelebihan Garam, Salah Satunya Sering Pusing Kepala

 

Baca Juga: Studi : Semakin Besar Kemaluan, Pria Makin Malas Pakai Kontrasepsi

Akibatnya, para tenaga medis yang berada di garda terdepan dalam Indonesia lawan corona, banyak yang jadi korban.

Sungguh sangat disayangkan, sudah mengabdi dan berisiko, dihujat pula. Seperti sudah jatuh, tertimpa tangga.(*)

#berantasstunting #hadapicorona