GridHEALTH.id - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan pernyataan bahwa ia bersedia menjadi orang pertama yang mendapatkan virus corona,.
Trump mengatakan hal ini hanya beberapa jam setelah mengumumkan pesanan 100 juta dosis vaksin potensial untuk virus dari Pfizer.
Tetapi ia menambahkan bahwa meski dia ingin meyakinkan publik, dia tidak ingin tampil "egois." Demikian seperti dilansir dari New York Post (23/07/20).
"Yah, kau tahu cara kerjanya. Jika saya orang pertama, yang akan mereka katakan, 'Dia sangat egois, dia ingin mendapatkan vaksin terlebih dahulu.' Dan kemudian orang lain akan berkata, 'Hei, itu hal yang berani dilakukan.'"
"Aku benar-benar akan melakukannya jika mereka menginginkanku dan mereka pikir itu benar, aku akan mengambil yang pertama atau aku akan mengambil yang terakhir."
Menurutnya, ia berada di posisi yang dilematis. Jika ia yang pertama kali mendapatkannya akan dituduh egois, sementara jika ia yang terakhir banyak orang akan berkata bahwa Trump tidak percaya dengan vaksin itu.
Baca Juga: Hasil Investigasi AS dan Sajikan Bukti, Virus Corona Hasil Kebocoran Laboratorium di Wuhan
Alasan lain, Trump ingin mendorong pengembangan perawatan terapeutik untuk virus itu, yang muncul di beberapa bagian negara itu setelah beberapa negara mulai mencabut pembatasan tinggal di rumah.
"Kau memberitahuku, tapi aku cenderung lebih suka terapi dulu. Anda pergi ke rumah sakit, Anda membuat orang lebih baik. Tapi kami melakukannya dengan sangat baik dengan remdesivir dan hal-hal lain. Steroid berubah menjadi hebat, plasma ternyata sangat bagus. Kami telah membuat kemajuan luar biasa. "
Di saat yang sama Trump mengatakan, di bawah pengarahan Gedung Putih orang Amerika akan mendapatkan vaksin gratis sesuai kesepakatan pemerintah dengan Pfizer. Trump mengatakan vaksin itu bisa siap tahun depan.
AS telah melaporkan lebih dari 1.000 kematian akibat virus corona dalam sehari. Dikutip dari Channel News Asia, (22/07/20), angka tersebut merupakan kenaikan terbanyak dalam sehari di Negeri Paman Sam sejak awal bulan Juni, menurut penghitungan Reuters.
Setelah turunnya angka kematian dalam beberapa pekan, ada lebih dari 5.200 kematian akibat Corona Covid-19 dalam sepekan hingga 19 Juli, menurut analisis data Reuters. Angka tersebut naik 5% dari sepekan sebelumnya.
Maka dari itu, pekan tersebut menjadi pekan kedua saat angka kematian akibat virus meningkat di AS. Selain itu, hampir 142.000 di AS meninggal akibat Corona COVID-19.
Kendati demikian, pakar mengingatkan bahwa angka kematian kemungkinan akan meningkat menyusul lonjakan jumlah kasus dan lonjakan jumlah positif untuk virus yang dalam perawatan di rumah sakit di berbagai negara bagian di AS.
Pada bulan April, angka kematian akibat virus corona di AS mencapai puncaknya, saat rata-rata 2.000 orang meninggal setiap harinya.
Sejak saat itu, angka kematian menurun dengan stabil yang berjumlah rata-rata 1.300 dalam sehari pada bulan Mei dan di bawah 800 dalam sehari pada bulan Juni, demikian menurut analisis Reuters.
Baca Juga: Sering Buang Gas, Lakukan Hal Ini Agar Terhindar dari Perut Kembung
Baca Juga: Gemuk Pemicu Psoriasis, Turun Berat Badan Akan Perbaiki Kualitas Hidup
Akan tetapi, angka kematian kemudian kembali naik setelah banyak negara bagian yang membuka lagi perekonomian dan melonggarkan pembatasan publik. (*)
#berantasstunting #hadapicorona