GridHEALTH.id - Belakangan ini, mucnul pemberitaan mengenai kebijakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk menghapus syarat tes Covid-19 pada calon penumpang pesawat.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mengakui tengah membahas kemungkinan penghapusan wajib rapid test atau swab test untuk calon penumpang transportasi udara dengan Gugus Tugas dan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19.
Baca Juga: Ogah Kecolongan Lagi, Cukup Bayar Rp 200 Ribu Bisa Rapid Test Drive Thru di Bandara Soekarno Hatta
Namun pihak Kemenhub belum berkomentar mengenai kapan dan akan seperti apa protokol pengganti kebijakan terkait.
Terlepas dari itu, timbul rasa kekhawatiran masyarakat jika rapid test atau swab test ditiadakan akan menimbulkan risiko penyebaran virus corona yang lebih masif.
Bahkan Direktur Eijkman Institute of Molecular Biology, Prof Amin Soebandrio, mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 di Indonesia bersumber dari para penumpang pesawat.
Virus SARS-CoV-2, sama halnya dengan penyakit pernapasan lainnya, ditularkan melalui dahak (droplet) atau cairan tubuh lainnya.
Oleh karena itu, World Health Organization (WHO) merekomendasikan masyarakat untuk menjaga jarak setidaknya 2 meter, mengenakan masker, dan selalu mencuci tangan.
Namun, di pesawat, virus akan lebih sulit untuk dihindari karena gerakan spontan penumpang dan kemungkinan virus menempel di permukaan benda dalam jangka waktu yang lama, mulai dari bangku, tray untuk makan, pegangan kursi, sampai gagang pintu toilet.
Terinspirasi dari kebiasaan tersebut, sekelompok peneliti kesehatan masyarakat mempelajari pergerakan acak penumpang dan risikonya terinfeksi penyakit.
FlyHealthy Research Team, begitu nama kelompok peneliti tersebut, mengobservasi perilaku penumpang dan kru kabin dari 10 rute dari Amerika Serikat dengan rentang waktu 3,5 hingga 5 jam penerbangan.
Observasi tersebut tak hanya dilakukan untuk mengamati perilaku penumpang, tetapi juga bagaimana perilaku tersebut berefek pada penumpang lainnya karena kontak fisik.
Para peneliti ingin mengestimasi sebanyak apa kedekatan fisik yang menimbulkan transmisi penyakit di dalam penerbangan.
Sementara itu, penelitian yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine menyebutkan penumpang dengan lokasi duduk di bangku dekat jendela memiliki jumlah interaksi yang lebih sedikit dibanding bangku lainnya.
Baca Juga: Makanan Alkali Dapat Membunuh Virus Corona, Benarkah SARS-CoV-2 Mati dalam pH Tinggi?
Penumpang di bangku dekat jendela memiliki jumlah interaksi sekitar 12, sedangkan penumpang di bangku tengah memiliki sekitar 58 interaksi dan penumpang di bangku gang memiliki 64 interaksi.
Memilih bangku di dekat jendela menjadi cara yang cukup baik untuk mencegah interaksi dan transmisi virus SARS-CoV-2.
Namun, kasusnya akan berbeda apabila orang yang terinfeksi adalah kru kabin.
Interaksi yang dilakukan antara kru kabin dan penumpangnya berlangsung lebih lama, sehingga risiko tertular penyakit semakin besar.
Baca Juga: Izin Edar Ramuan Herbal Hadi Pranoto Ternyata Sudah Lama Dicabut BPOM
Terlepas dari itu, para penumpang pesawat diwajibkan terus menerapkan protokol kesehatan di manapun berada. (*)
#hadapicorona