Find Us On Social Media :

IDI Dorong Tes PCR Sebanyak Mungkin, 'Ada Daerah Enggan Lakukan Tes Biar Terlihat Zona Hijau Terus'

Masih ada daerah enggan melakukan tes PCR untuk warganya sehingga terlihat sebagai zona hijau terus.

GridHEALTH.id - Ketua Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Adib Khumaidi mengungkapkan bahwa ada beberapa daerah yang menekan pelaksanaan swab test ke warga agar daerahnya selalu mendapat predikat zona hijau.

Adib tidak mengatakan secara rinci daerah mana saja yang memberlakukan hal tersebut namun kebijakan ini ini biasanya datang dari pemerintah daerah setempat.

"Saya tidak tahu itu sekarang masih ada atau tidak, tapi itu sempat kami dengar juga, sehingga untuk membuat zona daerahnya tetap hijau ya tidak usah dilakukan PCR, ya akan hijau terus karena tidak ada PCR," kata dr Adib dalam Webinar Nasional Dokterku Sayang, Dokterku Berjuang yang digelar PB IDI, Sabtu (19/09/2020).

Dia sangat menyayangkan hal ini terjadi di saat pandemi Covid-19 yang seharusnya pemerintah berkewajiban melakukan 3 T yakni testing, tracing, dan treatment untuk mengendalikan laju penyebaran pandemi Covid-19.

"Jadi salah satu hal yang saya kira untuk saat ini dengan era transparansi ya tidak bisa lagi dilakukan seperti itu, tapi sekali lagi kebijakan PCR ini saya masih mendengar ada satu dua daerah yang masih melakukan itu," ujarnya.

Di sisi lain, test PCR ini juga diberlakukan terhadap seluruh tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat yang kontak langsung dengan pasien covid-19, namun ada konsekuensi pelayanan kesehatan atas kebijakan ini.

Baca Juga: Jawa Tengah dan Jawa Timur Sumbang Angka Kematian Tertinggi, Pemerintah Daerah Didesak Perbanyak Tes Covid-19

Baca Juga: Satgas Covid-19 Jawa Tengah Temukan 15 Ribu Anak Terjangkit Virus Corona, 165 Meninggal

"Ada konsekuensi bahwa dokter tersebut harus melakukan isolasi mandiri, maka tidak boleh melakukan pelayanan, nah kondisi ini jadi rumit kalau dalam wilayah tersebut dia dokter satu-satunya, ini juga jadi masalah," ungkap Adib.

Untuk diketahui, saat ini terdapat 51 kabupaten/kota zona hijau yang terdiri dari 29 kabupaten/kota tidak ada kasus dan 22 kabupaten/kota tidak terdampak.

Tentang adanya daerah yang enggan melakukan tes swab sebetulnya sudah lama disinyalir oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

 

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian menyebut daerah yang menyandang status zona hijau belum tentu bebas penularan virus corona (Covid-19).

Ia bahkan menyebut daerah zona hijau yang enggan ia ungkap bukannya tak ada kasus, tetapi karena tak ada tes virus corona.

"Daerah-daerah yang kapasitasnya rendah, testing-nya masih rendah, tidak punya PCR (Polymerase Chain Reaction/PCR), bangga dengan warna hijau karena tidak ada kasus. Setelah kita cek bukan tidak ada kasus, testing-nya tidak ada," kata Tito dalam rapat koordinasi yang disiarkan langsung akun Youtube Kemendagri RI, Kamis (03/09/2020).

Tito mengatakan bisa saja penularan virus corona justru terjadi di daerah yang masuk dalam zona hijau.

Baca Juga: Ditemukan, Hubungan Antara Penggunaan Antibiotik di Usia Dini dan Risiko Asma

Baca Juga: Ilmuwan WHO Prediksi, Memakai Masker dan Menjaga Jarak Berlangsung Hingga 2022

Tito meminta setiap pemerintah daerah (pemda) mulai menganggarkan tes massal PCR. Selain itu, pemda juga diminta membangun laboratorium untuk meningkatkan kapasitas tes.

"Jangan sampai hanya mengandalkan tangan pusat. Padahal daerah sepertinya memiliki kemampuan, tapi tidak tepat sasarannya," ujarnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan tidak ada satupun wilayah Indonesia yang aman di masa pandemi Covid-19 saat ini. Menurutnya, penyebaran virus corona tetap dapat terjadi dimana dan kapanpun.

"Sekali lagi, tidak ada wilayah yang aman di Indonesia, meskipun itu hijau," kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (02/09/2020).

Penting diketahui, akibat minimnya warga yang dites, upaya memutus mata rantai penyebaran belum optimal. Dikhawatirkan, lebih banyak warga yang positif terinfeksi namun belum terdeteksi lantaran belum menjalani tes.

Di sinilah bahayanya. Apalagi mulai ada kategori orang tanpa gejala (OTG), atau orang yang terpapar namun tidak didahului oleh gejala-gejala yang selama ini menjadi pengetahuan publik, seperti batuk, demam, dan sesak napas.

Ibarat bom waktu, warga semacam ini sangat berpotensi menjadi penular ke keluarganya dan lingkungan sekitarnya.

Baca Juga: Dua Pose Yoga Untuk Menambah Tinggi Badan, Ternyata Mudah Dilakukan

Baca Juga: Sirsak, Buah Manis yang Selain Enak Ternyata Ampuh Membunuh Sel Kanker

Sebaliknya, jika semakin banyak orang yang menjalani tes dan terkonfirmasi positif, otomatis akan ada tindakan medis yang diberikan.

Mereka akan menjalani protokol yang telah ditetapkan, baik dirujuk di rumah sakit maupun menjalani karantina mandiri secara ketat di bawah pengawasan tenaga kesehatan.

Baca Juga: Air Rebusan Daun Jambu Biji, Mengusir Lemak Hingga Mencegah Kanker

Baca Juga: Nyeri di Payudara, Benarkah Tanda Awal Kanker Payudara? Ini Faktanya

Selain itu, lingkungan sekitar juga akan menyesuaikan dengan lebih memperketat physical distancing antarwarga. Dengan demikian, upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 menjadi lebih efektif. (*)

#berantasstunting #hadapicorona