Find Us On Social Media :

Banyak Masyarakat Takut Di-Covid-kan, Psikolog: 'Pasien Jujur dan Senang Itu Setengah Menuju Kesembuhan'

Masyarakat akui takut di-Covid-kan

GridHEALTH.id -  Pandemi Covid-19 telah 7 bulan menyerang Tanah Air, rupanya tak sedikit masyarakat yang masih waspada terhadap penularan virus corona tersebut.

Namun di tengah kekhawatiran akan penularan virus corona, rupanya ada saja sebagian masyarakat yang lebih takut untuk mendatangi fasilitas kesehatan atau rumah sakit.

Baca Juga: Semangat juga Ketulusan Rumah Sakit dan Nakes Runtuh Seketika, Disebut Meng-Covid-kan Pasien Oleh Politikus

Usut punya usut, sebagian masyarakat tersebut takut dirinya di-Covid-kan oleh pihak rumah sakit dan tenaga medis.

Hal ini dikarenakan, di era pandemi Covid-19, setiap orang yang hendak berkunjung ke rumah sakit diwajibkan untuk melakukan skrining suhu tubuh.

Baca Juga: Kaget Lihat UGD Dipenuhi Pasien Covid-19 dengan Ventilator, Nunung Ceritakan Sulitnya Cari RS: 'Rumah Sakit Seluruh Jakarta Nolek Semua'

Bahkan ada beberapa fasilitas layanan kesehatan yang mewajibkan seorang pasien harus menjalani tes Covid-19 terlebih dahulu.

Padahal, menurut seorang psikolog anak dan keluarga Dra. Mira Amir menegaskan pasien Covid-19 perlu terbuka dan menerima dengan lapang dada setelah dinyatakan terpapar Covid-19.

"Kalau kita menutupi berarti sedih sendiri. Sebaliknya kalau kita jujur dan senang itu setengah menuju kesembuhan," ujar Mira Amir dalam talkshow "Menghapus Stigma Pasien Covid-19" di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Graha BNPB Jakarta pada Jumat (9/10) siang, dikutip dari laman Covid19.go.id.

Mira juga menyinggung soal stigma dari masyarakat terhadap pasien Covid-19.

Stigma, itu di luar kontrol. Lebih baik fokus pada sesuatu yang bisa diubah atau mengatur ulang daripada memikirkan pernyataan negatif yang menambah beban. 

Baca Juga: Belum Ada Obat dan Vaksinnya, IDI Sebut Vaksin Covid-19 Terbaik Sudah Ada di Indonesia Sejak Awal Kemunculan Virus Corona

"Jadi bukan memikirkan ini-itu karena kita nggak bisa ubah kondisi tersebut. Tapi kita bisa atur bagaimana bisa membuat kondisi nyaman dan bahagia," kata Mira. 

Penyintas Covid-19 Albert Ade mengatakan dirinya sempat menolak saat dinyatakan positif Covid-19.

Apalagi gejala yang dialaminya menyerupai demam berdarah. Namun saat dinyatakan positif pikiran berubah kosong. 

"Pikiran langsung kosong dan hanya teringat keluarga saat dinyatakan Covid," ungkap Mira. 

Ade menegaskan dirinya langsung menghubungi keluarga dan lingkungan tempat tinggal soal status barunya itu. 

Baca Juga: Percepat Kesembuhan dalam 5 Hari, Obat Corona Remdesivir Siap Dipakai di Indonesia dalam Waktu Dekat

Jurnalis televisi swasta ini pun mengakui kalau sebagian tetangga rumahnya banyak yang menolak dengan status dirinya sebagai pasien Covid-19 itu. Ade mengganggap hal itu wajar. 

"Ada juga warga yang ketakutan, ya, wajar saja," kata Ade. 

Wajar kalau panik ketika kita tahu, tapi harus berpikir langkah apa yang akan dilakukan. 

Penyintas Covid-19 Putri Octaviani sempat panik saat mengetahui pertama kali positif. Namun dirinya berpikir langkah apa yang perlu dilakukan ke depannya. 

Baca Juga: Beda dengan Satgas dan IDI, Epidemiolog Ini Tak Terima Demo UU Cipta Kerja Jadi Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19: 'Tidak Bisa Faktor Tunggal'

Meski bukan pasien positif pertama di lingkungan rumah, kata dia, masyarakat sekitar belum sepenuhnya paham tentang Covid-19. 

"Sebelumnya sudah ada yang kena sebelum saya dan lingkungan rumah masih ada yang belum paham dengan penyakit ini," ujar Putri. (*)

#hadapicorona