Find Us On Social Media :

Kunci Sukses Berantas Stunting, Dinantikan Iklan Edukasi SKM Bukanlah Susu dari Pemerintah

Pemerintah harus segera membuat informasi publik yang mendidik prihal susu kental manis.

 
"Karenanya susu kental manis tidak disarankan diberikan kepada anak, karena kandungan proteinnya sangat sedikit (hanya 1 gram per sajian. Dibandingkan dengan susu bubuk, yaitu 4-6 gram per sajian) dan gulanya sangat banyak," beber Pittara.
 
Dokter lulusan FK Universitas Brawijaya dan FK Universitas Indonesia ini pun mengatakan, karenanya susu kental manis dapat menyebabkan asupan gula berlebih pada anak, gigi rusak, risiko terkena diabetes, dan kegemukkan pada anak.

Penting diketahui, Saat ini, papar Pittara, di Indonesia sedang mengalami triple burden mengenai masalah status gizi anak.

Yaitu, banyak jumlah anak yang mengalami: status gizi kurang dan stunting, kurang zat gizi mikro (defisiensi zat besi, zinc, vitamin D, kalsium), dan obesitas.

Nah, untuk bisa mengkomunikasikan hal sejauh itu, dalam hal pembuatan iklan layanan masyarakat yang menjelaskan jika susu kental manis bukanlah susu sebenarnya yang dibutuhkan anak, Hery menyarankan agar BPOM melibatkan banyak pihak.

Karena BPOM sebagai Badan Pengawas belum tentu memahami semua permasalahan yang ada, apalagi dalam iklan itu masyarakat juga harus diberi pemahaman bahwa kental manis itu bukan susu.

Baca Juga: WHO : Tak Etis Bila Herd Immunity Dipakai Menghadapi Virus Corona

“Itu tidak gampang, karena yang dibangun itu kesadaran kolektif masyarakat soal Kental Manis itu bukan susu. Karenanya, untuk membuat iklan yang etis dan mendidik itu tidak bisa dilakukan oleh BPOM sendiri," katanya.

Hery Margono menyebut, dibutuhkan pentahelix, yakni BPOM harus kerjasama dengan akademisi, media, komunitas masyarakat, dan swasta, supaya sosialisasi yang dilakukan melalui iklan layanan masyarakat itu bisa menunjukkan hasil.

Kenapa hal itu penting dan baiknya segera dijalankan Pemerintah?
 
Kita harus tahu, jika pembangunan persepsi yang salah terhadap Kental Manis ini telah tumbuh sejak lama.
 
Karenanya hingga saat ini masyarakat masih terus mengonsumsi SKM sebagai minuman pengganti susu untuk anak-anaknya.
 
Hasil penelitian yang dilakukan pada Oktober 2019 oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) didapatkan, iklan produk pangan pada media massa khususnya televisi sangat mempengaruhi keputusan orang tua terhadap pemberian asupan gizi untuk anak.