Eijkman berhasil melakukan amplifikasi gen penyandi protein S dan N dari virus SARS-CoV-2 isolat Indonesia. Eijkman telah melakukan transfer gen S dan N dari vektor pembawa ke vektor ekspresi galur sel mamalia.
Saat ini Eijkman menunggu sel-sel mamalia tersebut menghasilkan antigen berupa protein rekombinan yang diharapkan.
Dalam hal ini, antigen adalah zat yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi sebagai bentuk perlawanan terhadap virus SARS-CoV-2.Eijkman memilih pengembangan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan karena relatif lebih aman yang mana tidak menggunakan virus hidup sebagai vektor.Biaya produksi dari pengembangan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan juga relatif rendah, dan teknologinya sudah dikuasai oleh banyak negara termasuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia."Jadi walaupun teknologinya bukan teknologi kuno, teknologi yang agak lebih baru tetapi sudah dikuasai oleh banyak negara dan hasilnya juga relatif mudah dipanen dan relatif lebih aman karena tidak menggunakan virus hidup sebagai vektor," ujar Amin.
Baca Juga: 5 Alasan Jitu Kenapa Penyandang Diabetes Disarankan Minum Teh
Baca Juga: WHO : Tak Etis Bila Herd Immunity Dipakai Menghadapi Virus Corona
Baca Juga: Manfaat Buah Nectarine, Tingkatkan Kesehatan Mata Hingga Cegah KankerAmin menuturkan vaksin berbasis protein rekombinan yang menyasar receptor-binding domain (RBD) dari virus SARS-CoV-2 itu dianggap lebih manjur karena bisa membangkitkan kekebalan tapi di sisi lain juga reaksi yang dikhawatirkan yakni "antibody enhancement" bersifat minimal atau bahkan tidak ada sama sekali. (*)