Tapi ada juga yang mengatakan dengan tegas bahwa belum ada cukup bukti untuk mengatakan seberapa baik antibodi Covid-19, dan berapa lama mampu melindungi orang dari infeksi di masa depan.
Pasien Nevada tidak dites untuk antibodi Covid-19 pada bulan April.
Karenanya tidak bisa dipastikan apakah dia memiliki reaksi kekebalan yang normal saat pertama kali terkena virus.
Namun, dia dinyatakan positif kembali pada bulan Juni.
Baca Juga: Nafsu Makan Meningkat Saat Haid, Ketidakseimbangan Hormon Jadi Penyebab
Pengalaman pasien Nevada itu juga menunjukkan bahwa kasus reinfeksi bisa saja lebih serius dari yang pertama.
Tapi ada juga kejadian, mereka yang terifeksi Covid-19 dua kali, memiliki kasus yang lebih ringan atau bahkan tanpa gejala ketika terinfeksi kedua kalinya.
Nah, berarti infeksi sebelumnya mungkin memberi beberapa perlindungan kekebalan.
Baca Juga: Diklaim 97 Persen Deteksi Virus Corona, Sri Sultan Hamengkubuwono Coba Alat Embusan Napas Buatan UGM
Studi baru mempertanyakan apakah efek itu selalu terjadi atau tidak?
Asisten profesor epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Michael Mina, menjelaskan melalui Twitter bahwa apa yang dialami pasien Nevada bisa jadi kebetulan.
Satu kasus reinfeksi serius dari lebih dari 7,8 juta kasus Covid-19 di Amerika Serikat menurutnya sangat jarang terjadi.
“Reinfeksi sangat penting untuk membangun sistem kekebalan kita. Tapi seperti apa pun, ketika cukup banyak orang yang terpapar ulang, akan ada kasus langka di sana-sini, di mana seseorang itu bisa saja lebih sakit ketika terinfeksi untuk kedua kalinya," tulis Mina.
Baca Juga: Tisu Basah Disinfektan Tuntas Hilangkan Virus Corona, Ah Masa?