Find Us On Social Media :

8 Bulan Pandemi di Indonesia, Mayoritas Warga Asli Papua Tak Percaya Covid-19

Seorang anggota TNI AD sedang melakukan pemeriksaan kesehatan kepada salah satu warga Papua guna mengantisipasi penyebaran penyakit Malaria.

Masyarakat yang tinggal di Kota Timika pun tak jauh berbeda.

"Apalagi yang tinggal di rumah-rumah kos, itu paling susah untuk ditemui oleh petugas kami karena mereka takut akan adanya stigma dari tetangga yang lain," tuturnya.

Kondisi itu membuat pasien positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri tak jujur dengan tim penyelidikan epidemiologi Dinkes Mimika. Mereka kerap memberikan alamat rumah yang tak jelas.

"Mereka melaporkan alamat yang salah, ketika kami datang ke alamat yang diberikan itu, tidak ada warga di sekitar itu yang mengenal yang bersangkutan. Ada juga yang memberikan alamat jelas, namun saat didatangi petugas yang bersangkutan tidak ada di rumahnya," kata Obet.

Baca Juga: Akibat Diam-diam Keluar Temui Keluarganya Saat Isolasi, Pasien Positif Covid-19 Ini Harus Menerima Hukumannya

Jika ditilik dari sisi medis, tindakan diskriminasi yang kerap dialami keluarga pasien Covid-19 dapat mempengaruhi kondisi kesehatan korban, terutama kesehatan mental.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam New Directions for Youth Development, menunjukan efek pengusiran dapat menyebabkan gangguan mental seperti kecemasan, ketakutan untuk dikucilkan, bahkan depresi berkepanjangan.

Apalagi menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), datangnya virus corona (Covid-19) bisa menimbulkan stres bagi orang.

Baca Juga: Disfungsi Ereksi, Gangguan Seksual yang Jadi Momok Pria Penyandang Diabetes Tipe 2