Find Us On Social Media :

Jalani Tes Swab, Wanita Ini Diduga Alami Kebocoran Cairan Otak, Benarkah Sangat Berbahaya?

Seorang wanita diduga mengalami kebocoran cairan otak usai jalani tes swab

GridHEALTH.id -  Tes swab Covid-19 yang dilakukan melalui hidung atau tenggorokan memang menjadi sebuah hal yang dianggap membahayakan bagi sebagian masyarakat.

Tak sedikit orang yang mengaku menolak melakukan tes swab lantaran takut dengan alat yang digunakan atau pun efek tidak nyaman setelahnya.

Baca Juga: Alami Pendarahan Otak, Wakil Wali Kota Kediri Meninggal Dunia Setelah Mengidap Penyakit Mematikan di Dunia

Bahkan, kejadian tak mengenakkan pun kini dialami seorang wanita asal Amerika Serikat.

Wanita yang tak disebutkan namanya itu diduga mengalami kebocoran cairan otak dan menempatkannya pada risiko infeksi yang mengancam jiwa.

Baca Juga: Bukan dari Wuhan, Ilmuwan China Sebut Virus Corona Berasal dari Sumber Air di India, Benarkah?

Hal ini terjadi usai wanita tersebut melakukan tes swab Covid-19.

Jarret Walsh, seorang penulis makalah senior sekaligus dokter di University of Iowa Hospital mengatakan wanita tersebut telah menjalani tes swab hidung sebelum operasi hernia elektif, dan kemudian melihat cairan bening keluar dari satu sisi hidungnya.

Setelah itu, wanita tersebut mengalami sakit kepala, muntah, leher kaku dan kerentanan pada cahaya.

"Sebelumnya, dia pernah melakukan swab untuk prosedur lain, di sisi yang sama, tidak ada masalah sama sekali. Dia merasa mungkin swab kedua tidak menggunaan teknik yang baik, dan terlalu masuk (ke dalam hidung) terlalu dalam," jelas Walsh, dalam makalah yang dipublikasikan di JAMA Otolaryngology.

Baca Juga: 2 Scrub Berbahan Dasar Buah Buatan Sendiri Untuk Muluskan Kaki

Melihat hal tersebut, Walsh memperingatkan agar tenaga medis profesional harus berhati-hati dalam mengikuti protokol pengujian dengan cermat.

Dokter bedah kepala dan leher ini mengatakan orang yang pernah menjalani operasi sinus atau dasar tengkorak yang ekstensif harus mempertimbangkan melakukan tes usap (swab) dan mempertimbangkan tes oral jika tersedia.

Lantas, benarkan tes swab Covid-19 sangat berbahaya seperti itu?

Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Anton Sony Wibowo, menegaskan, tes swab atau usap hidung tidak akan menyebabkan kerusakan otak seperti yang dinarasikan dan beredar di media sosial.

Selain itu, kata Anton, ada netizen yang mengklaim tes usap hidung yang tajam telah menusuk otak dan membuatnya melakukan lobotomi.

Ia menekankan, tes swab aman dilakukan dan tidak membahayakan atau merusak otak.

Sebab, tes usap ini tidak akan mencapai hingga penghalang darah otak.

Baca Juga: Menyehatkan Jantung sampai Otak, Ini 8 Manfaat Kesehatan yang Bisa Didapat Saat Memelihara Kucing

Lokasi penghalang darah otak relatif jauh dari lokasi anatomi tempat swab dilakukan. Anton mengatakan, penghalang darah otak dilindungi tulang dasar otak yang relatif kuat.

"Tidak benar narasi itu (swab test merusak otak). Tes swab hanya dilakukan sampai nasofaring atau dinding paling belakang hidung dan rongga mulut," kata Anton saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/7/2020).

Menurutnya, tes swab tidak akan merusak penghalang darah otak, kecuali pada kondisi tertentu.

"Misalnya, pecahnya dinding dasar otak akibat tumor atau trauma," jelas Anton.

Ia mengatakan, informasi mengenai tes swab disebut dapat merusak otak tersebut tidak memiliki dasar ilmiah dan bukti yang mendukung.

Sebaliknya, swab test sangat direkomendasikan dalam mendeteksi keberadaan virus corona penyebab Covid-19 pada manusia.

"Justru yang direkomendasikan itu swab test. Kalau rapid test kan hanya mendeteksi antibodi yang ada di tubuh," papar Anton.

Baca Juga: Dr Anthony Fauci, Pakar Penyakit Menular dan Ahli Imunologi Top Dunia Ternyata Hanya Minum Satu Jenis Vitamin Ini Untuk Lawan Virus Corona

Terlepas dari itu, fakta lain dari pecahnya cairan otak wanita asal Amerika Serikat tersebut diketahui lantaran ia pernah dirawat bertahun-tahun karena hipertensi intrakranial, yakni tekanan terlalu tinggi dari cairan serebrospinal yang melindungi otak.

Penanganan yang dilakukan dokter saat itu menggunakan pintasan untuk mengalirkan sebagian cairan dan kondisi itu dapat diatasi.

Namun, itu kemudian menyebabkan pasien mengembangkan kondisi lain yang disebut encephalocele, atau cacat di dasar tengkorak yang membuat lapisan otak menonjol ke hidung, di mana itu rentan pecah.

Kondisi ini awalnya tidak diketahui sampai dokter kembali meninjau hasil CT scan lama.

Dokter barunya kemudian melakukan operasi untuk memperbaiki cacat tersebut pada Juli dan kini wanita tersebut telah pulih sepenuhnya.

Walsh mengatakan dia meyakini gejala yang dikembangkan wanita tersebut adalah hasil dari iritasi pada selaput otak.

Baca Juga: Jangan Minum Obat dengan Teh Manis, Denyut Jantung Bisa Meningkat!

Kendati demikian, spesialis THT Dennis Kraus dari Lenox Hill Hospital di New York menyatakan agar hal ini tetap menjadi fokus pada para tenaga medis yang melakukan pengambilan sampel lendir seorang pasien.

"Ini menggarisbawahi bahwa perlunya pelatihan yang memadai bagi mereka yang melakukan tes dan perlunya kewaspadaan setelah tes dilakukan," ujarnya.

Jadi, meski kabar ini termasuk hoaks, sebagai masyarakat kita perlu menjelaskan riwayat penyakit kepada tenaga medis sebelum menjalani tes swab. (*)

Baca Juga: Gatal Pada Payudara Penyebab dan Indikasi 4 Kondisi Ini, Salah Satunya Gejala Menopause Hingga Kanker

#hadapicorona