Find Us On Social Media :

Jagoannya Metode PCR Indonesia yang Diakui Dunia Dihadapkan dengan Kanker Usus yang Dideritanya

Ilustrasi pemerikasaan PCR.

GridHEALTH.id - Hingga saat ini untuk menegakan diagnosis positif Covid-19 PCR masih paling dipercaya.

PCR (Polymerase Chain Reaction) dilansir dari situs The Guardian, dapat menemukan partikel virus pada tubuh setiap individu dan menempatkan urutan gen Coronavirus tertentu.

Baca Juga: Peru Hentikan Program Penyuntikan Vaksin Covid-19 dari China Setelah Ditemukan Gangguan Saraf

Metode PCR dilakukan oleh para petugas kesehatan dengan menyeka bagian hidung atau belakang tenggorokan.

Hal ini sebagai upaya untuk mengambil sampel air liur, atau mengumpulkan sampel cairan dari saluran pernapasan bawah.

Pemeriksaan PCR membutuhkan waktu lebih lama mendapatkan hasil karena hanya dapat dilakukan di laboratorium yang sudah ditunjuk pemerintah.

Pun harga tes PCR relatif mahal. Karena masih import.

Baca Juga: Siap-siap! Mal Tutup Jam 7 Malam, Tidak Ada Perayaan Tahun Baru Seperti Sebelumnya

Karenanya Indonesia, dalam hal ini PT Biofarma, memproduksi alat tes PCR buatan dalam negeri.

Kabarnya alat PCR buatan bangsa Indonesia memiliki harga yang relatif murah.

Menurut Soni Solistia Wirawan selaku Deputi BID Teknologi Agroindustri dan Teknologi BPPT mengatakan, pembuatan alat test PCR ini menggunakan sampel dari pasien di Indonesia sendiri.

"Punya kita ini kan di test oleh sampel Covid yang positif oleh orang Indonesia, jadi harusnya kan PCR itu banyak ya yang nawarin dari luar banyak, tapi mungkin mereka PCR nya lebih cocok untuk kasus Covid yang ada di tempat mereka," ungkap Soni Solistia Wirawan melansir dari KompasTv.

Soni juga mengemukakan, bahwa keunggulan dari alat test PCR produksi Indonesia maka sensitifitasnya akan lebih tinggi.

Tapi tahukah ada orang Indonesia yang ahli PCR dan diakui oleh dunia.

Baca Juga: Bill Gates Bicara Soal Akhir Pandemi Usai Vaksin Covid-19 Ditemukan, Ini Prediksinya

Dia adalah Susanti, dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) ini juga diajak bergabung menjadi anggota Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 di bawah Kementerian Riset dan Teknologi.

Susanti adalah salah seorang diaspora Indonesia.

Baca Juga: Langgar Protokol Kesehatan, Tom Cruise Amuk Para Kru Film Mission Impossible hingga Terancam Dipecat

Dirinya dikirim ke Inggris untuk ikut proyek Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19.

Begitu ada kasus virus corona di Indonesia, Susanti langsung didaftarkan untuk ikut dalam konsorsium sebagai salah satu diaspora.

Selama menjadi dosen di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Susanti sudah akrab dengan metode PCR, bahkan sebelum pandemi corona merebak.

Baca Juga: Alasan Mengapa Kebanyakan Gula Bisa Menyebabkan Peradangan Dalam Tubuh

Susanti menceritakan, penelitian doktoralnya tentang studi genetik pada kanker usus besar atau kolorektal menggunakan cara tersebut. “Tes PCR itu kegiatan sehari-hari saya,” katanya.

Baca Juga: Resmi Berikan Vaksin Covid-19 Gratis, Jokowi: 'Saya Akan Menjadi yang Pertama Divaksin'

Karena keahliannya dalam bidang PCR, ia kemudian didaftarkan untuk mengikuti konsorsium di Inggris oleh Direktur Jendral Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Ali Gufrom Mukti.

Selama konsorsium itu, tugasnya adalah merumuskan penelitian bersama tim University of Nottingham dan LIPI mengenai metode PCR yang efektif dalam mendeteksi Covid-19 di dalam tubuh.

Baca Juga: Teh Pisang Minuman yang Bisa Membuat Mudah Tidur dan Nyenyak

Selain itu, mereka juga mengembangkan cara sequencing yang dianggap lebih mudah mengenali SARS-CoV-2, virus penyebab Co­vid-19.

Namun, di balik itu semua, Susanti harus menahan rasa sakit. Pada Januari 2014, Susanti divonis menderita kanker usus stadium III. Dari situ ia sadar hanya 50-70 % penderitanya yang mampu bertahan hidup sampai lima tahun.(*)

Baca Juga: Kabar Gembira, Jokowi Gratiskan Vaksin Covid-19: 'Tidak Ada Alasan Masyarakat Tidak Dapat Vaksin!'

#berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL