Pada anak di Indonesia, kekurangan zat besi biasanya terjadi di usia 6 bulan-23 tahun.
Menurut dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK., Spesialis Gizi dan Ketua Departemen Ilmu Gizi FK UI, yang juga menjadi pembicara di acara yang sama, kondisi kekurangan gizi dini pada anak di Indonesia tersebut bisa terjadi karena di umur 6 bulan-23 tahun kebutuhan zat besinya meningkat, karena terjadinya pembentukan syaraf otak yang meningkat.
Baca Juga: Kabar Gembira, Jakarta Tak Lagi Masuk Daftar Kota Paling Polusi Udara di Dunia!
Sayangnya saat kebutuhan zat besi meningkat itu terjadi, tidak dibarengi dengan asupan zat gizi yang memadai sesuai dengan kebutuhannya.
Sehingga terjadilah anak stunting, juga;
Jangka Pendek
- Menurunnya kongnitif atau kecerdasan.
Baca Juga: Sering Susah Tidur Jadi Pertanda Konsumsi Gula Berlebih, Begini Baiknya
- Menurun fungsi otak (atensi, pendengaran, dan visual).
- Menurunnya fungsi motorik: Cepat lelah, letih, lesu, tidak cekatan dibanding anak seusianya.
Jangka Panjang
- Performa di sekolah menurun seperti, berhitung, membaca, dan menulis.
Baca Juga: Mukormikosis, Infeksi Jamur yang Dipicu Oleh Covid-19, Bisa Sebabkan Kebutaan
- Perubahan atensi dan sosial karena kurang tanggap terhadap lingkungan dengan kata lain anak akan lambat ketika melakukan sesuatu.
- Perubahan perilaku, ini sangat berbahaya karena anak bisa menjadi kurang aktif, kurang bergerak, kurang atensi, tidak responsif, tidak ceria, mudah lelah.
Bahkan ada studi yang menyatakan jika anak kekurangan zat besi maka akan mengalami ketakutan untuk memulai hal baru.
Baca Juga: Wajib Dipenuhi selama Periode Emas, Kenali 3 Aspek Penting 1000 Hari Pertama Kehidupan