Find Us On Social Media :

5 Mitos Terapi Pijat, Menyakitkan Tapi Bermanfaat untuk Detox

Mitos seputar terapi pijat

Otot memiliki ingatan yang panjang. Memegang mereka dalam posisi yang salah - seperti menjulurkan leher ke depan untuk melihat komputer selama bekerja - dapat mengganggu jalur saraf.

Ini memicu ketegangan leher dan bahu, nyeri punggung bagian atas, dan terkadang mati rasa dan kesemutan di tangan.

Baca Juga: Plasma Darah Pasangan Suami Istri Ini Berhasil Selamatkan 68 Nyawa Pasien Covid-19

Pijat teratur yang dilakukan terapis akan mengatasi pola rasa sakit yang kamu rasakan dan membiasakan kembali otot untuk meningkatkan mekanika dan postur tubuh.

Mitos 4: Pijat tidak bisa membantu migrain.

Fakta: Terapi pijat adalah pengobatan komplementer untuk sakit kepala migrain.

Menerapkan tekanan untuk memicu titik-titik di leher, bahu, kepala dan bahkan wajah dapat membantu melepaskan ketegangan otot yang merujuk ke daerah migrain.

Pijat dapat melepaskan ketegangan yang mengganggu pembuluh darah yang memasok otak.

Masalah yang ada pada fungsi pembuluh darah ini diyakini menghasilkan gejala migrain, seperti sakit kepala parah, gangguan penglihatan, mual, dan sensitivitas cahaya.

Baca Juga: Manfaat dan Informasi Hoax Bawang Putih, Menurut WHO Harus Diluruskan

Mitos 5: Jangan menginterupsi terapis selama pijatan, meskipun itu terasa sakit.

Fakta: Itu tidak benar. Bicarakan semua yang kamu rasa pada terapis. Kamu mungkin merasa tidak nyaman saat terapis pijat memberikan tekanan yang dalam untuk melepaskan "simpul" jaringan otot.

Sensasi yang menyakitkan itu kemungkinan efek terapeutik - seperti sesuatu yang baik sedang terjadi.

Tapi jangan ragu untuk berbicara dengan terapis pijat, jika itu terlalu menyakitkan.

Terapis ingin mengetahuinya dan akan membuat menyesuaikan tekanan.(*)

Baca Juga: PSBB Jakarta Diperpanjang hingga 3 Januari 2021, Patuhi 5 Aturan Ketat Jelang Libur Natal dan Tahun Baru atau Kena Denda