GridHEALTH.id - Terapi pijat adalah sebuah metode kesehatan klasik yang hingga saat ini masih banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk diketahui, melansir National Center Complementary and Integrative Health, dalam tulisan ilmiah dengan judul; 'Massage Therapy: What You Need To Know', disebutkan terapi pijat memanipulasi jaringan otot untuk menciptakan efek relaksasi yang dalam dan untuk membantu penyembuhan.
Baca Juga: Virus Corona Jenis Baru Ditemukan Di Inggris, Lebih Cepat Menular
Dengan sentuhan dan tekanan yang tepat, terapi pijat dapat membantu mengobati cedera dan masalah kesehatan lain, serta meningkatkan kesehatan.
Tapi harus diakui juga terapi pijat bagi dewasa, terkenal dengan rasa sakitnya.
Intinya tidak ada terapi pijat yang tidak sakit.
Baca Juga: Batas Tarif Tertinggi Rapid Test Antigen Rp 250 Ribu, Klinik Nakal Bakal Kena Sanksi
Walau menyakitkan saat dipijat, pijatan itu adalah detox. Sebagian teknik pijat bersifat melepaskan racun dari otot.
Hal ini pun akan mengakibatkan kesakitan, karena tubuh sedang berusaha untuk melepaskan racun ini.
Baca Juga: Batas Tarif Tertinggi Rapid Test Antigen Rp 250 Ribu, Klinik Nakal Bakal Kena Sanksi
Karenanya disarankan minum banyak air putih sebelum dan sesudah dipijat untuk membersihkan tubuh dari racun dengan lebih cepat.
Jika menginginkan teknik pemijatan yang tidak terlalu intens, coba Swedish Massage atau Lomi Lomi.
Lomi Lomi adalah teknik pijat dari Hawaii, di mana terapis akan meminta kita untuk berdoa sebelum dipijat untuk memperoleh keseimbangan.
Dalam prakteknya terapis menggunakan sejumlah tekanan (secara superfisial) untuk mencapai otot seperti getaran, tepukan, remasan, usapan, dan gesekan, untuk melemaskan otot dan melancarkan peredaran darah.
Baca Juga: Kematian Janin Meningkat Selama Pandemi Covid-19, Fairuz A Rafiq Mengalaminya
Untuk mengurangi rasa sakit seusai dipijat, klita akan diminta mandi dengan air panas atau melakukan sauna.
Meski demikian, bukan berarti tak ada mitos yang beredar soal terapi pijat.
Jika kita menyukai dan sering mendapatkan terapi pijat, penting diketahui lima mitos mengenai hal ini, seperti disampaikan oleh terapis pijat Tracy L. Segall, MSHS, LMT, melansir Intisari-online (20 Desember 2020):
Baca Juga: Menteri Kesehatan Jerman: Vaksin Covid-19 Efektif Melawan Strain Virus Baru
Mitos 1: Pijatan adalah pijatan – di mana pun akan sama saja.
Fakta: Semua pijatan memiliki tujuan. Pijat relaksasi memiliki tujuan untuk menenangkan pikiran dan tubuh.
Baca Juga: Hanya dengan Menghirup Uap selama 3 Menit, Dokter India Klaim Sembuhkan Ribuan Pasien Covid-19
Terapi pijat dalam pengaturan klinis atau rumah sakit diberikan oleh para profesional berlisensi yang dilatih untuk menemukan dan fokus pada bidang masalah.
Kamu mungkin datang dengan sakit punggung, misalnya, tapi rupanya masalahnya dimulai dari pergelangan kaki.
Terapi pijat dapat meningkatkan penyembuhan dan bila dikombinasikan dengan bantuan dari profesional medis lainnya, dapat meningkatkan hasil perawatan yang dilakukan.
Mitos 2: Terapi pijat hanya untuk otot.
Baca Juga: Hanya dengan Menghirup Uap selama 3 Menit, Dokter India Klaim Sembuhkan Ribuan Pasien Covid-19
Fakta: Pijat tidak hanya untuk memanipulasi otot. Pijat dapat meregangkan area fasia yang mengencang, lapisan jaringan yang mulus menghubungkan otot, tulang, dan organ.
Pijat dapat secara manual memindahkan cairan untuk melonggarkan sendi, mengurangi pembengkakan dan membuat gerakan lebih mudah.
Penumpukan cairan pada gabungan artritis dapat dikurangi, sehingga mengurangi pembengkakan dan nyeri.
Pijat juga dapat meningkatkan aliran getah bening - cairan yang biasanya bergerak melalui tubuh untuk melawan infeksi - dengan mengurangi pembengkakan yang menyakitkan.
Baca Juga: Hanya dengan Menghirup Uap selama 3 Menit, Dokter India Klaim Sembuhkan Ribuan Pasien Covid-19
Pijat dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, yang menggerakkan nutrisi dan limbah pada tubuh, serta mempercepat penyembuhan.
Mitos 3: Efek pijatan hanya sementara.
Fakta: Terapis pijat yang baik tidak hanya mengatasi sakit dan nyeri sementara. Ia ingin pasien senyaman mungkin setelah efek pijatan hilang.
Baca Juga: Menjaga Jarak Sosial, Benarkah Melemahkan Sistem Kekebalan? Cek Faktanya
Otot memiliki ingatan yang panjang. Memegang mereka dalam posisi yang salah - seperti menjulurkan leher ke depan untuk melihat komputer selama bekerja - dapat mengganggu jalur saraf.
Ini memicu ketegangan leher dan bahu, nyeri punggung bagian atas, dan terkadang mati rasa dan kesemutan di tangan.
Baca Juga: Plasma Darah Pasangan Suami Istri Ini Berhasil Selamatkan 68 Nyawa Pasien Covid-19
Pijat teratur yang dilakukan terapis akan mengatasi pola rasa sakit yang kamu rasakan dan membiasakan kembali otot untuk meningkatkan mekanika dan postur tubuh.
Mitos 4: Pijat tidak bisa membantu migrain.
Fakta: Terapi pijat adalah pengobatan komplementer untuk sakit kepala migrain.
Menerapkan tekanan untuk memicu titik-titik di leher, bahu, kepala dan bahkan wajah dapat membantu melepaskan ketegangan otot yang merujuk ke daerah migrain.
Pijat dapat melepaskan ketegangan yang mengganggu pembuluh darah yang memasok otak.
Masalah yang ada pada fungsi pembuluh darah ini diyakini menghasilkan gejala migrain, seperti sakit kepala parah, gangguan penglihatan, mual, dan sensitivitas cahaya.
Baca Juga: Manfaat dan Informasi Hoax Bawang Putih, Menurut WHO Harus Diluruskan
Mitos 5: Jangan menginterupsi terapis selama pijatan, meskipun itu terasa sakit.
Fakta: Itu tidak benar. Bicarakan semua yang kamu rasa pada terapis. Kamu mungkin merasa tidak nyaman saat terapis pijat memberikan tekanan yang dalam untuk melepaskan "simpul" jaringan otot.
Sensasi yang menyakitkan itu kemungkinan efek terapeutik - seperti sesuatu yang baik sedang terjadi.
Tapi jangan ragu untuk berbicara dengan terapis pijat, jika itu terlalu menyakitkan.
Terapis ingin mengetahuinya dan akan membuat menyesuaikan tekanan.(*)