Find Us On Social Media :

Perkawinan Dini dan Perceraian Ikut Menyumbang Lahirnya Anak Stunting di Indonesia

Masih banyak anak Indonesia yang stunting. Bagaimana masa depan bangsa ini?

GridHEALTH.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan krisis sosial dan ekonomi akibat pandemi Covid-19 berpotensi menyebabkan setidaknya tujuh juta anak di dunia mengalami  stunting.

Di Indonesia sendiri, stunting masih menjadi masalah besar. Hingga kini belum bisa diberantas hingga standar yang diharapkan WHO.

Baca Juga: Keluar Masuk 6 Provinsi Berikut Ini Harus Sertakan Surat Rapid Test Antigen

Mengenai tingginya angka stunting di Indonesia pun dikeluhkan oleh Ma'ruf Amin.

Keluhannya ini pun disampaikan langsung Ma'ruf Amin dalam Rapat Koordinasi Teknis Nasional Percepatan Pencegahan stunting secara daring, Rabu (21/10/2020).

"Seringkali satu wilayah atau desa, menerima satu program dari satu kementerian yang fokus pada intervensi gizi spesifik, tetapi tidak menerima program dari kementerian lainnya yang fokus pada intervensi gizi sensitif," kata dia.

Baca Juga: Pecah Rekor 309 Kasus Baru, Jumlah Pasien Covid-19 di Depok Capai Titik Tertinggi

Diketahui selamai ini penanganan stunting dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

Intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan, sedangkan intervensi gizi sensitif adalah intervensi pendukung seperti penyediaan air bersih dan sanitasi.

Baca Juga: Penolakan Vaksin Sinovac Oleh Beberapa Negara, Di Indonesia Melanie Subono Enggan Jadi Kloter Pertama

Menurut berbagai literatur, kata Ma'ruf, intervensi gizi sensitif memiliki peran lebih besar yakni sebanyak 70 % dalam upaya penurunan stunting.

Oleh karena itu, Ma'ruf pun berharap agar dilakukan konvergensi atau penyatuan berbagai program sebagai upaya memastikan program-program intervensi yang dapat diterima dan dimanfaatkan di satu wilayah.

Baca Juga: Beredar Video Bukti Para Elit Global Menggunakan Jarum Suntik Palsu Saat Divaksinasi, Ini Faktanya

"Tujuannya agar masing-masing program bersinergi untuk penurunan prevalensi stunting. Hal ini diperlukan karena sesungguhnya sebagian besar program intervensi tersebut telah tersedia tetapi belum konvergen (memusat)," kata dia.

Ma'ruf mengatakan, penurunan prevalensi stunting akan efektif apabila suatu wilayah menerima keseluruhan program tersebut.

Baca Juga: Khasiat Dahsyat Makan Kangkung Untuk Mencegah Penuaan Dini dan 4 Manfaat Lainnya

Ma'ruf Amin menaruh perhatian khussu pada berantas stunting di Indonesia, karena permasalahan stunting bukan hanya masalah pendek semata.

Tapi lebih luas dan banyak, yaitu masalah kecukupan gizi, dan optimal tumbuh kembang anak.

Berantas stunting tidak hanya meluku fokus di masalah gizi. Tapi harus melihat dari sisi lainnya.

Asal tahu saja, pernikahan di usia muda dan perceraian bisa menjadi penyebab anak-anak mengalami stunting.

Hal itu diutarakan oleh dokter sekaligus kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo dalam acara Kompas Talks with Tonoto foundation "Smart Parenting to Fight Against Stunting".

Baca Juga: Masih Jadi Pertanyaan Awam, Apa Sebenarnya Penyebab Diabetes?

dr. Hasto juga membagi penyebab stunting dalam tiga kelompok yaitu tidak langsung, intermediet, dan langsung.

Penyebab tidak langsung yaitu sanitasi, pendidikan, sosial-ekonomi, dan kemiskinan.

Baca Juga: Minum Air Dingin saat Hamil Bisa Bikin Janin Membesar? Ini Kata Ahli

Intermediet yaitu jarak antar anak, jumlah anak, dan usia ibu.

Sementara langsung yaitu nutrisi, ASI, dan penyakit yang diderita ibu ataupun anak.

dr. Hasto Wardoyo pun menyebutkan, perkawinan di usia muda rentan mengalami rendahnya pendidikan hingga jarak kehamilan yang berdekatan.

Dengan begitu potensi terjadinya stunting semakin besar.

Baca Juga: Terapi Uap Air Minyak Kayu Putih Ala Hotman Paris Untuk Cegah Covid-19, Ternyata Ini Khasiatnya

Bagi anak-anak yang menikah di usia belasan, dr. Hasto Wardoyo menyebutkan bahwa tulang panggulnya belum siap.

Diameternya saja belum mencapai 10cm sementara kepala bayi yang lahir sekitar 9,8 cm.

Dengan begitu persalinan tidak berjalan dengan baik, dan tentu saja tidak melahirkan anak dengan kondisi yang baik.

Tak hanya itu, tulang bayi pun rupanya terbentuk dari kalsium milik ibunya. Jika ibu hamil diusia yang masih belia, alhasil tulang ibu yang harusnya masih bertumbuh justu mengalami pemberhentian dan jadilah postur tubuh pendek.

"Tulangnya diambil dari tulang ibunya, ibunya harusnya masih tambah padat, berhenti tumbuhnya, ibunya jadi pendek. Kalau ibunya pendek, di usia 50 tahun mudah keropos dan orang pendek menghasilkan yang pendek dan keterbatasan otak," ujar dr. Hasto.

Baca Juga: Terapi Uap Air Minyak Kayu Putih Ala Hotman Paris Untuk Cegah Covid-19, Ternyata Ini Khasiatnya

Ternyata perceraian pun bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting.

Pasalnya dari perceraian besar kemungkinan orangtua akan kurang memerhatikan anak-anaknya.

Alhasil nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya justru tidak diberikan dengan baik.(*)

Baca Juga: Virus Corona Jenis Baru Ditemukan Di Inggris, Lebih Cepat Menular

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL