Find Us On Social Media :

Bos WHO Umumkan Bagaimana Kendalikan Pandemi Covid-19, Hanya Ada Satu Cara Ampuh Saat Ini

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

GridHEALTH.id - Pandemi virus corona (Covid-19) masih menjadi momok bagi masyarakat di dunia saat ini.

Namun baru-baru ini Direktur General Organisasi Kesehatan Dunia (WHOTedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan bagaimana cara ampuh untuk mengendalikan pandemi.

Menurutnya untuk mengendalikan pandemi hanya ada satu cara ampuh saat ini.

Baca Juga: Akhirnya, Tim WHO Berhasil Mengunjungi Rumah Sakit di Wuhan yang Menangani Kasus Pertama Covid-19

Hal itu diungkap Tedros dalam tulisannya yang dipublikasikan The Guardian per 30 Januari 2021 dalam opini bertajuk "WHO's Covid Warning Were Not Heeded. Now The Word Has a New Chance to Beat the Virus".

Dalam tulisan tersebut, Tedros mengimbau seluruh negara di dunia melakukan cara ampuh yang satu ini.

Salah satu cara yang disarankan adalah memprioritaskan vaksinasi Covid-19 kepada tenaga kesehatan, lansia dan semua yang berisiko tinggi terinfeksi Covid-19.

Dalam tulisannya, Tedros Adhanom merekomendasikan semua negara untuk melakukan vaksinasi terhadap tenaga kesehatan dan lansia pada 100 hari pertama 2021.

"Jika kita berhasil, kita akan berada di jalur yang tepat untuk mengendalikan pandemi, dan pada bulan Januari mendatang, kita akan melihat semua negara dan komunitas di dunia berada di jalur yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih berkelanjutan untuk masa depan," tulis Tedros seperti dilansir dari The Guardian, Senin (30/1/2021).

Baca Juga: Bukan Disuntik, WHO Isyaratkan Vaksin Covid-19 Cukup dengan Dihirup Lewat Hidung

Tedros mengatakan WHO telah menyatakan pandemi Covid-19 sebagai darurat kesehatan pada 30 Januari 2020 lalu.

Saat ini kandidat vaksin telah hadir dan berpeluang menyelamatkan banyak nyawa.

Karenanya semua orang yang berisiko di semua negara memerlukan akses ke vaksin Covid-19 tersebut.

Terutama petugas kesehatan, orang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki kondisi yang mendasarinya, penting mendapat prioritas akses ke vaksin.

Namun sayang tidak semua orang memiliki akses ke vaksin di beberapa negara.

Baca Juga: Fakta Sejarah Kopi untuk Kesehatan, Mulai dari Disebut Karsinogen oleh WHO Hingga Terbukti Bermanfaat Cegah Kanker

Dimana sejauh ini negara-negara miskinlah yang tidak dapat mulai meluncurkan vaksin.

"Negara-negara kaya telah membuat kesepakatan bilateral dengan produsen untuk memvaksinasi seluruh populasi, terkadang beberapa kali lipat. Hal ini membuat negara-negara di bawah tekanan domestik yang besar untuk mulai mengimunisasi populasinya sedikit pilihan selain membuat pengaturan sendiri," terangnya.

"Hal ini mengakibatkan produsen memprioritaskan kesepakatan yang lebih menguntungkan dengan negara kaya, daripada mendukung peluncuran vaksin yang adil ke semua negara."

Baca Juga: Beda Gejala Covid-19 Pada Anak dan Orang Dewasa, WHO: 'Orangtua Harus Waspada'

Untuk mengatasi kondisi ini ada Access to Covid-19 Tools (ACT) Accelerator, sebuah inisiatif global yang diluncurkan pada bulan April untuk memacu pengembangan dan distribusi vaksin, perawatan dan diagnostik, dengan permainan akhir yang terlihat untuk pandemi ini.

Ada banyak dukungan global untuk ACT-Accelerator dan pilar vaksinnya, Covax, yang telah didukung oleh 190 negara dan ekonomi. Tetapi ACT-Accelerator memiliki kesenjangan pembiayaan US$ 27 miliar (£ 19 miliar) untuk tahun 2021.

Baca Juga: Update Terbaru Asal-usul Covid-19, Pejabat WHO: Belum Tentu Dari China

Ini adalah sebagian kecil dari proyeksi biaya ekonomi global hingga US$ 9,2 triliun jika pemerintah tidak memastikan negara berkembang memiliki akses yang adil ke vaksin Covid-19.

"Untuk tetap terdepan dari virus, kita harus memprioritaskan sains, terutama saat kita melihat varian baru bermunculan. Untuk mengatasi hal ini, kami tidak dapat berhenti melakukan pengujian, bahkan ketika virus menyebar jauh dan luas. Pemerintah harus meningkatkan kapasitas pengurutan genom, yang tidak tersedia cukup luas, membuat banyak negara tidak menyadari mutasi virus," ungkapnya.

Baca Juga: Fakta Ilmiah BPA pada Galon Guna Ulang Air Minum Mineral, Berbahaya?

Sementara itu, diketahu kasus positif virus corona di dunia saat ini sudah melebihi angka 100 juta.

Berdasarkan data dari Worldometers, per tanggal 2 Februari 2021 kasus Covid-19 di dunia sudah mencapai angka 103,842,888 kasus.

Dimana dari jumlah tersebut 2,245,285 orang dinyatakan meninggal dunia, 75,526,686 orang sembuh, dan sisanya masih harus mendapatkan perawatan.(*)

Baca Juga: Madinah Jadi Kota Tersehat Dunia, Akankah Pelaksanaan Ibadah Haji 2021 Bakal Terselenggara?

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL