"Varian yang menjadi perhatian karena penularannya lebih cepat. Ada potensi membuat orang lebih banyak ke RS, menimbulkan potensi kematian, meskipun risetnya masih terus berjalan," jelas Riza.
"Data terakhir dari New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG), jadi grup yang memberikan nasihat kepada pemerintah Inggris terkait dengan varian baru, secara umum menunjukkan peningkatan gejala dan peningkatan mortalitas, tapi ini potensinya sebanyak maksimal 35%," kata Riza.
Hal senada diutarakan oleh Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman.
Menurutnya, melansir VOA Indonesia (3 Maret 2021), dirinya tidak terkejut dengan temuan varian baru virus corona B.1.1.7 di Indonesia.
Kita sudah tahu, kasus terkonfirmasi B117 pertama ditemukan pada dua warga Karawang yang merupakan pekerja migran dari Arab Saudi.
Keduanya mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada akhir Januari 2021.
Baca Juga: Setelah Virus Corona Baru B117 Ditemukan di Karawang Jabar, Lakukan Cara Ini Untuk Mencegahnya
Dicky malah sudah memprediksi masuknya virus corona B117 ke Indonesia sejak tahun lalu.
Bahkan ia meyakini sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
“Ketika ditemukan itu bukan berarti hanya dua (kasus), itu sudah di mana-mana. Saya harus sampaikan itu, karena sekali lagi strategi tracing, testing kita yang tidak memadai, yang artinya tidak berlanjut dengan isolasi-karantina," ungkap Dicky
Lebih lanjut Dicky pun menjelaskan, "Ini tidaklah bisa memutus transmisi Covid-19, dan pola eksponensialnya selain tinggi, ini berarti leluasa orang membawa virus ke mana-mana tidak terdeteksi,” lanjutnya.
Pembatasan kepada warga negara Indonesia maupun asing yang datang ke Indonesia saat ini dinilainya tidak ketat.
Ia mencontohkan, karantina selama lima hari kepada seseorang yang baru datang dari luar negeri tidak cukup untuk bisa mendeteksi suatu virus.
Baca Juga: 8 Gejala dan Arti B117 dari Virus Corona Baru yang Serang Warga Karawang Jabar