GridHEALTH.id - Belum lama ini Indonesia diketahui baru saja kedatangan vaksin AstraZeneca hasil kerja sama melalui skema COVAX pada 8 Maret 2021 lalu.
Akan tetapi siapa sangka vaksin untuk virus corona (Covid-19) itu ternyata akan kadaluwarsa pada akhir Mei 2021 nanti.
Hal ini diketahui usai Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melakukan rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI yang ditayangkan dalam kanal Youtube, Senin (15/3/2021).
Dalam penjelasannya Menkes Budi Gunadi mengaku bahwa ia baru tahu bahwa 1.113.600 dosis vaksin AstraZeneca tersebut akan kadaluwarsa kurang dari 2 bulan lagi.
"Sebenernya AstraZeneca karena sudah datang biasanya ada 6 bulan sampai satu tahun, kita baru tahu ini expired date akhir Mei. Padahal dia suntikannya bedanya 9 sampai 12 minggu dan sampai sekarang juga masih menunggu lot rilis dari BPOM," kata Menkes Budi Gunadi.
Alhasil pernyataan Menkes Budi Gunadi pun diinterupsi oleh anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDI-P Rahmad Handoyo.
Ia mempertanyakan solusi yang akan dilakukan Kemenkes perihal penggunaan vaksin AstraZeneca yang saat ini juga ditunda sementara waktu.
"Potensi kedaluwarsa sangat tinggi. Solusinya seperti apa?," tanya Rahmad.
Menanggapi pernyataan tersebut, Budi mengatakan vakin AstraZeneca yang telah didatangkan itu akan digunakan secepatnya sebagai vaksinasi tahap pertama.
"Rencana kami yang 1,1 juta ini (dosis vaksin AstraZeneca) akan kita gunakan sebagai vaksinasi pertama karena berikutnya akan datang lagi sekitar 3 juta tanggal 22 Maret dan 7 juta di tanggal 22 April," ujarnya.
Diketahui awalnya penggunaan vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca ditunda sementara di Indonesia.
Hal ini dilakukan karena pihak Kemenkes masih menunggu hasil penelitian dari organisasi kesehatan dunia (WHO) terkait efek samping dari vaksin AstraZeneca tersebut.
"Sampai saat ini berita yang kami terima dari WHO mereka masih meneliti, kita juga terima dari MHRA itu BPOMnya UK, dan EMA itu European Medical Authority, mereka sekarang belum mengkonfirmasi apakah ini ada korelasinya karena vaksin atau tidak," kata Budi.
Baca Juga: Efikasi Vaksin AstraZeneca Lebih Kecil dari Sinovac, BPOM Umumkan Kelompok Ini Akan Menerimanya
Menurutnya informasi yang diterima sejauh ini bahwa pembekuan darah tidak disebabkan vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Namun, Kemenkes dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunda sementara penggunaannya.
"Untuk konservativismenya, BPOM menunda dulu implementasi AstraZenca sambil menunggi konfirmasi dari WHO. Mudah-mudahan dalam waktu singkat dapat keluar, karena memang betul yang AstraZenca ini ada expired period di akhir Mei," ujar dia.
Baca Juga: Efikasi Vaksin AstraZeneca Lebih Kecil dari Sinovac, BPOM Umumkan Kelompok Ini Akan Menerimanya
Lebih lanjut, Kemenkes juga tengah menunggu fatwa halal vaksin Covid-19 AstraZeneca dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Diketahui Indonesia menerima pengiriman pertama vaksin AstraZeneca sebesar 1.113.600 dosis vaksin jadi pada Senin (8/3/2021).
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, jumlah dosis vaksin ini adalah bagian awal dari batch pertama, pemberian vaksin melalui jalur multilateral.
Dalam batch pertama Indonesia yang akan berlangsung hingga Mei 2021, akan memperoleh total 11.748.000 vaksin jadi.
"Dan insya Allah, menurut rencana akan diikuti batch-batch selanjutnya," ujarnya.(*)
Baca Juga: Baru Datang ke Indonesia, Vaksin AstraZeneca Justru Ditangguhkan Austria, Ada Apa?
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL